Langsung ke konten utama

MAY LOVE STORY


MOS

Yah, aku gak satu gugus sama Virsya. L Batinku. Setelah membaca daftar nama pembagian gugus siswa baru. Berarti aku harus berkenalan dengan dengan anak-anak yang lain. Padahal, aku sudah cukup akrab dengannya walaupun kami baru bertemu dan beberapa kali sms-an sama dia. Apakah murid lain disini akan seperti Virsya yang baik padaku atau jangan-jangan seperti cerita di sinetron yang ada tokoh antagonis yang sombong dan sok berkuasa. Jangan-jangan nanti aku bakal dikerjain abis-abissan. Aku segera menggeleng-gelengkan kepala ku untuk menghilangkan pikiran yang gak karuan itu.

Bayangan Esa tiba-tiba muncul di benakku, dia seolah-olah berkata sambil mengejekku.

“Makanya, jangan kebanyakan nonton sinetron. Jadi parno sendiri kan.”

Senyum ku mengembang seketika. Esa, coba aja kamu ada disini, mungkin aku akan sedikit tenang. Tapi, itu hal yang sangat amat mustahil.

            Aku mengikuti anak-anak yang satu gugus dengan ku dengan arahan Panitia MOS. Kami disuruh berbaris, latihan PBB, yang jalan di tempat lah, yang hormat lah, yang serong kanan, serong kiri lah. Aku jadi heran, aku masuk jurusan akuntansi atau kemiliteran sih. Jangan-jangan aku salah masuk jurusan L

            Bayangan Esa pun muncul lagi, “May, udah deh gak usah ngaco. Ikutin aja peraturannya, gak usah banyak protes dan berpikiran yang aneh-aneh”

Haha, iya juga sih. Tapi aku bener-bener heran lho, kenapa dalam acara MOS selalu ada latihan PBB. Padahal kan, dari SD udah sering diajarin. Apalagi aku, udah hafal banget diluar kepala semua latihan tersebut. Soalnya, waktu SD lagi rajin-rajinnya ikut ekskul pramuka J

            Sambil mengikuti arahan Panitia MOS, sesekali aku melirik ke arah gugus lain yang berada gak jauh dari gugus kami. Dapat terlihat jelas ada sosok Virga disana. Entah kenapa, Virga kayaknya sosok yang cukup menarik perhatian ku diantara anak-anak lain. Mungkin karena wajahnya yang oriental, atau mungkin karena….? Hayo mikir apa? Aku juga sebenernya belum ngerti sih apa alasannya J

            Selesai latihan PBB, kami diajak ke sebuah ruangan kelas untuk beristirahat sejenak. Salah satu Panitia MOS mengajak kami untuk berkomunikasi sambil memegang sebuah gitar di dekat nya.

“Ada yang mau nyanyi? Ayo dong!” pinta dia.

Namun, kami semua hanya terdiam dan menoleh kearah anak-anak lain yang juga diam.

            Aku jadi prihatin melihat kakak kelas ku yang satu itu. Sorry sih ya, bukannya gak ngehargain. Tapi disini kan kami masih baru dan masih harus beradaptasi. Mana mungkin nyanyi-nyanyi di depan orang-orang yang gak dikenal. Kecuali diantara kami ada artis. Tapi sayang nya, nothing.

            Aku keluar dari aula setelah pengarahan terakhir sebelum kami diijinkan untuk pulang. Aku berjalan dengan tenang keluar dari gerbang sekolah. Tiba-tiba jantung ku berdetak hebat. Ada apa ini? Aku kan baru mengenalnya, yang lebih tepatnya baru melihatnya dua kali dan baru tau namanya saat pengarahan MOS. Tapi kenapa rasanya nyesek banget liat dia pulang naik motor bersama seorang cewek? Apa aku? Akh, gak mungkin. Aku baru mengenalnya, gak mungkin perasaan seperti itu ada. Tapi kenapa aku berpikir cewek tersebut adalah saudaranya? Apa mungkin itu benar? Atau hanya sebuah harapan? Entahlah L

            Aku melanjutkan langkahku keluar dari gerbang sekolah baruku dan segera pulang ke rumah. Rasanya capek banget kegiatan MOS hari ini.

#

            Hari kedua MOS, aku memasuki sekolah dan berdiri di dekat ruang aula bersama anak-anak lain. Disana juga ada Virsya, namun kami hanya diam saja.

            Kemudian, ada seseorang yang memecah keheningan yang mengelilingiku. Dia menatap ku dan memberikan sebuah senyuman lalu mengajakku berkenalan.

“Namanya siapa? J” tanya dia.

“Maydi J” jawab ku . “Kamu?” tanya ku padanya.

“Dita” jawabnya. “Jurusan apa?” dia melanjutkan perbincangan diantara kami.

“Akuntansi” jawabku. “Kamu?” sepertinya aku mulai larut dengan perbincangan ini.

“Owh, aku IT” jawabnya.

Dia tiba-tiba saja memperhatikan Virsya yang berdiri disamping ku dengan heran.

“Temen kamu kenapa? Diem aja. Sakit gigi ya?” tanya Dita penasaran.

“Gak tau juga J” jawab ku sekenanya.

Dita pun hanya tersenyum ke arah ku dan aku juga tesenyum padanya. Kemudian dia asik berkenalan dengan anak-anak lain disekitarnya.

            Ada seorang anak lagi yang mengajakku berkenalan nama nya, Via. Saat aku berkenalan dengan Via, pandangan ku tiba-tiba saja mengarah pada seseorang yang berdiri disebelah Via. Sepertinya, wajah itu gak asing buat aku. Sepertinya aku pernah melihatnya. Astaga, dia kan cewek yang pulang sama Virga kemaren.

            Aku mencoba tersenyum padanya dan dia ternyata membalas senyum ku. Senyum nya sangat indah, bahkan menambah keindahan di wajah orientalnya. Aku pun mengajaknya berkenalan. Entah dari mana keberanian itu ku dapatkan. Sepertinya aku terlalu penasaran dengan sosok cewek ini.

“Boleh tau namanya? J” sapa ku.

“Wika J” jawab nya. “Kamu?” dia bertanya padaku.

“Maydi J” jawab ku. “Jurusan apa?” aku melanjutkan obrolan.

“Akuntansi” jawabnya.

Apa? Akuntansi? Sekelas dong sama aku? Sama Virga juga? Oh God !

            Aku kembali mengembangkan sebuah senyuman padanya dan berkata.

“Oh, sama dong J” ucap ku.

Dia hanya tersenyum mendengarnya.

            Tiba-tiba saja muncul sebuah harapan, aku ralat. Mungkin lebih pantas disebut doa yang berkali-kali ku sebut. Oh Tuhan, berikan jawaban padaku kalo dia hanya saudara Virga, please.

            Nah lho, apa pengaruh nya buat aku? Dia saudara Virga atau bukan. Apa mungkin aku mulai merasakan yang namanya…? Akh gak mungkin. Aku kan masih mencintainya. Iya dia. Dia yang sering muncul dalam benakku dengan berbagai ocehannya. Dan yang gak mungkin gue dapetin juga L Eits, tunggu dulu. Ini kan dunia, apa sih yang gak mungkin di dunia ini? Iya gak? J

            Bel tanda masuk berbunyi, aku bersama Virsya masuk ke dalam aula. Lagi-lagi kami duduk di belakang. Di tengah acara pengarahan, tiba-tiba saja seorang Panitia MOS menegur aku dan juga Virsya yang duduk berdampingan.

“Dek, kalian kembar ya ?” tanya nya dengan wajah penasaran.

Aku dan Virsya mengerutkan dahi merasa heran dengan pertanyaan tersebut. Kemudian aku dan Virsya saling pandang dan seketika tertawa kecil menyadari pertanyaan aneh itu. Takut menyinggung perasaan Kakak kelas ku tersebut, aku pun menjawab pertanyaan nya.

“Enggak kok J” jawab ku.

Sekarang wajah nya berubah ekspresi menjadi heran.

“Masa sih? Tapi kalian mirip lho.” dia masih tidak percaya dan malah memberikan argumen yang membuat aku dan Virsya tertawa geli.

Kemudian dia mengajak ku ngobrol, menanyakan foto seleb yang ada di kertas karton yang ku kalungkan dengan tali raffia. Foto yang tidak pernah ku tunjukkan pada siapa pun dengan cara membalikkan karton tersebut. Aku hanya memberikan seulas senyum padanya dan kembali fokus pada pengarahan panitia MOS di depan.

            Acara selanjutnya kami di bawa ke ruang kelas sesuai gugus kami masing-masing. Aku ikut saja dengan anggota gugus ku yang lain melewati pengarahan panitia MOS. Saat di dalam kelas kami disuruh mengenalkan diri ke depan kelas satu per satu. Pas kena giliran ku.

“Nama aku Maydi, aku dari SMP Negeri 5 Banjarmasin, aku jurusan akuntansi.” ucap ku dan kemudian kembali duduk.

            Sekarang saat nya sesi tanya jawab, sesi pertama sih kami bertanya pada salah satu Kakak gugus kami, yaitu Kak Nira. Banyak bertanya padanya dan aku pun ikut bertanya. Entah malaikat apa yang merasuki ku saat itu. Aku mengacungkan tangan ku, lalu dipersilahkan untuk bertanya.

“Kak, apa sih binatang yang kakak takutin?” tanya ku.

“Hmm, sebenernya sih bukan takut tapi geli. Cacing.” jawabnya.

            Sekarang saatnya sesi pertanyaan yang akan ditujukan ke kami oleh Panitia MOS. Ya Tuhan, please jangan aku. Tunggu, kayak nya doa ku hari ini  cukup kurang beruntung. Sepasang mata mengarah pada ku.

“Adek yang pake jilbab disana.” ucap salah satu dari mereka.

Aku mengarahkan jari telunjukku pada diriku sendiri dengan ekspresi ragu dan dengan arti, “aku?”

“Iya kamu” jawab nya.

“Biasanya kalo malam minggu kemana?” tanya salah satu dari mereka.

Ekspresi wajah ku langsung saja menunjukkan wajah heran.

“Di rumah aja” jawab ku singkat.

“Udah punya pacar?” tanya yang lain.

Aduh nih orang-orang pertanyaan nya bikin tubuh ku serasa menyusut 50% dari ukuran badan ku sekarang. Kenapa sih gak pertanyaan yang lebih berbobot aja yang ditanyain? Dan kenapa harus aku yang ditanya L

“Belum” jawab ku singkat.

“Udah pernah pacaran dek?” tanya yang lain lagi.

Oh Tuhan, bisa gak bikin aku menghilang dari tempat ini sekarang juga L Aku rasanya seperti seorang selebritis yang lagi gelar konferensi pers dan mereka adalah para wartawan yang menghujani ku dengan berbagai pertanyaan.

“Enggak” jawab ku singkat.

“Hobi nya apa dek?”

Tuh kan bener, bener-bener hujan pertanyaan aku hari ini. Belum juga jadi pacar seleb udah kayak gini. Apalagi entar jadi pacar seleb. Eits, siapa juga seleb yang mau sama gue J

“Nulis” jawab ku.

“Gak keram dek tangannya nulis terus” ucapnya dengan tersenyum.

Apa urusan nya sama dia sih tangan ku keram atau enggak?

            Akhirnya acara tanya jawab tersebut selesai, dan aku bisa bernafas lega. Saat semua anggota gugus disuruh ke aula, aku malah sibuk meminta tanda tangan Kakak-kakak panitia gugus tersebut. Yah, biar gak dapat hukuman aja sih. Dan sialnya, mereka malah menahan ku disana. Please deh L

“Kak minta tanda tangannya” pinta ku

“Emang aku panitia? Aku kan gak pake name take. Cari tau dulu nama ku baru minta tanda tangan.” ucap nya.

Sepertinya aku lagi dipermainkan sama dia. Oke cari yang lain.

            Nah yang satu ini malah makin ribet.

“Kak minta tanda tangannya” pinta ku dengan seulas senyum.

“Hmm, kasih gak ya? Hobi nya apa dek?” tanya nya.

“Nulis” jawab ku.

“Gak hobi nyanyi?”

Aku menggeleng cepat.

“Gak hobi joget?”

Heh? Pertanyaan apa itu. Langsung aja aku menggeleng.

“Bisa baca puisi?”

What? No, no, no.

“Bacanya sih enggak, tapi buat puisi bisa”  jawab ku.

Dia kemudian menandatangani buku ku.

“Nih, besok puisi nya udah harus jadi dan kamu kasih ke aku.” ucap nya.

Terserah apa kata dia aja deh, bikin puisi mah makanan aku sehari-hari.

            Kemudian aku malah diajak ngobrol sama orang-orang itu mengenai teka-teki barang-barang yang harus dibawa besok. Sepertinya masih ada sisa-sisa keberuntungan untukku hari ini. Mereka dengan berbaik hati memberikan jawaban atas semua teka-teki tersebut. Ternyata kalian gak seburuk yang aku kira J

#

            Hari terakhir MOS, aku memberikan puisi itu pada Panitia MOS tersebut. Dan dia cuma say thanks doang. Saat lagi sibuk-sibuknya para Panitia MOS gugus menandatangani buku kami, datang Panitia MOS gugus lain yang kemarin juga meminta dibikinin puisi sebagai syarat biar dia mau tanda tangan di buku milikku. Dia memanggil ku dan langsung saja aku berikan selembar kertas yang telah tertulis sebuah puisi indah itu padanya. Namun hal yang tak aku duga bahkan aku benci. Dia menyuruh ku untuk membaca puisi tersebut di depan anggota gugus. Gila nih orang, kelewatan tau gak L

            Acara selanjutnya kami disuruh bersih-bersih aula. Aku sibuk memungut sampah dan keluar masuk aula untuk membuang nya di tempat sampah yang berada diluar. Tiba-tiba saja ada suara yang mengejutkan ku.

“Maydi J” sapa dua orang Panitia MOS yang ku kenal namanya, Kak Rafa dan Kak Gery.

Aku hanya membalasnya dengan senyum. Kayak nya mereka hobi banget ngerjain aku L

            Saat aku sedang sibuk ngepel, sebenernya sih gak sibuk tapi bingung. Aku kan gak pernah ngepel pake alat beginian. Tiba-tiba saja salah satu Kakak Panitia MOS yang aku kenal dengan nama Heru menegurku dengan ramah.

“Adek, caranya itu salah. Begini caranya.” ucapnya.

Dia kemudian mengambil alat pel ditangan ku dan memperlihatkan ku cara ngepel yang benar. Berbakat kayak nya nih orang jadi pelatih PRT, haha :D

#

            Upacara penutupan MOS sekaligus hari pertama aku masuk sekolah. Aku berbaris bersama anak-anak satu jurusan dengan ku. Tau gak sih? Aku baris di belakang Virga. Virga! Wow J Rasanya tuh kayak lagi syuting iklan yang dialog nya gini “Wow, siganteng lindungin aku dari terik matahari” Haha :D

            Aku gak henti-hentinya tersenyum dan senyum ku kayaknya gak mau lepas dari bibirku. Kenapa sih? Rasanya tuh damai banget saat berada di dekat dia J Rasanya waktu pengen banget aku hentikan dan gak mau cepat berlalu L

            Saat upacara selesai, kami menuju kelas masing-masing. Aku langsung saja memilih kursi paling belakang dekat jendela. Virsya duduk disebelahku. Mata ku langsung saja tertuju pada sosok cowok berwajah oriental dan berkacamata tersebut. Dia duduk dibarisan nomer dua dari depan dan Wika duduk dibelakangnya. Ekspresi wajah ku kayaknya langsung berubah drastis menjadi kecewa L Apa aku cemburu? Entahlah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s