Langsung ke konten utama

MAY LOVE STORY


ULANGAN

            Saat kami sedang asik ngobrol di dalam kelas, Pak Danis, Guru Bidang Study Bahasa Inggris masuk ke ruang kelas kami.

“Oke, hari ini kita ujian.” kata Pak Danis.

Semua teman-teman ku tidak terkecuali aku menunjukkan ekspresi wajah shock. Apa sih yang gak lebih menyebalkan dari ulangan dadakan kayak gini? Ulangan Bahasa Inggris lagi L Udah otak aku lemot banget kalo sama pelajaran yang satu ini, entah deh kenapa L

“Keluarkan kertas selembar, soalnya cuman dua.” perintah Pak Danis.

Aku dan teman-temanku yang lain bergegas mengambil buku tulis dan merobek bagian tengah nya.

“Yang pertama,ubah kalimat ke bentuk positif, negative, dan introgatif! Yang kedua, ubah kata-kata yang Bapak tentukan dalam Bahasa Inggris!” kata Pak Danis.

Beliau kemudian menulis kalimat-kalimat dipapan tulis sebagai soal untuk kami. Setelai selesai menulis kalimat-kalimat tersebut, beliau berbalik ke arah kami.

“Ok, kerjakan!” perintah Pak Danis.

Kami pun mengerjakan soal tersebut.

            Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Semoga aja itu seorang guru yang memberitahukan ada rapat dan ulangan dibatalkan, pintaku dalam hati. Pak Danis kemudian melangkah ke arah pintu dan membukanya. Terlihat wajah Pak Marlin dibalik pintu tersebut. Ada perasaan lega dalam hatiku. Kemudian, terdengar perbincangan diantara mereka berdua.

“Sedang ulangan ya?” tanya Pak Marlin.

“Iya.” jawab Pak Danis.

“Ada rapat.” kata Pak Marlin.

Setelah mendengar ucapan Pak Marlin, rasanya pengen banget loncat dari kursi yang ku duduki sekarang.

“Harus hadir ya?” tanya Pak Danis.

“Iya” jawab Pak Marlin.

“Aduh, gimana ya?” tanya Pak Danis pada dirinya sendiri.

Beberapa detik berpikir, akhirnya beliau menemukan solusinya.

“Ya sudah, sebentar lagi saya akan ke ruang rapat.” kata Pak Danis.

“Ok lah, kalau begitu saya duluan.” kata Pak Marlin dengan wajah lega.

“Ok” kata Pak Danis tersenyum.

Pak Marlin pun pergi, dan sekarang Pak Danis memandang ke arah kami. Semoga ulangan dibatalkan ya Allah, batinku.

“Berhubung ada rapat, Bapak harus meninggalkan kelas. Tapi, ulangan tetap berjalan. Maman, kamu duduk di kursi Bapak!” perintah Pak Danis.

Apa-apaan nih? Batinku.

“Virga, kamu pindah di depan meja Maydi!” perintah Pak Danis.

Asik, kalo ini saya setuju Pak. Kapan lagi coba bisa ngerjain ulangan sambil memandang wajah si pujaan hati, haha J

“Dan Maydi, kamu pindah ke kursi Virga.” kata Pak Danis.

Whatt? Ikh Bapak ini, kenapa aku jadi ikut-ikutan dipindah sih L

“Kalian berdua jaga ketenangan kelas! Dan yang lain, kerjakan soal dari Bapak. Ok, Bapak permisi.” kata Pak Danis kemudian keluar dari ruang kelas.

Aku pun kemudian pindah ke kursi Virga, dan Virga duduk di kursiku. Ada-ada aja sih Bapak itu L Udah bagus Virga pindah di depan mejaku, kenapa jadi aku juga ikutan dipindah L Rese ikh L Ini sih sama aja, jauh juga sama Virga L Tapi, seneng juga sih duduk dikursi Virga, hehe J Thanks deh Pak Danis J

            Kelas pun kemudian sunyi senyap karena semua pada focus pada soal ulangan, tapi gak begitu sunyi juga sih, masih ada bisik-bisik kayak suara jangkrik gitu :D

#

            Kalo kemarin ulangan nya dadakan, kalo hari ini sih enggak. Bu Juni udah ngasih info dari kemaren-kemaren kalo hari ini bakal ada ulangan Bahasa Indonesia, pelajaran favorit aku J Sebelum ulangan dimulai, semua tas dikumpulkan ke depan kelas. Tempat duduk kami semua ditentukan oleh Bu Juni, aku geli sendiri melihat Virga yang dipindah ke pojok. Belum puas aku menertawakan Virga dalam hati, aku disuruh Bu Juni untuk duduk di samping Virga. Ya ampun, ini kan doaku kemaren pas ulangan Bahasa Inggris J Akhirnya terkabul juga. Tapi jangan berpikiran kalo kami duduk berdampingan seperti waktu belajar sebelum lomba cerdas cermat. Masih ada satu kursi yang memisahkan kami. Virga hanya senyam-senyum melihat ku, begitu juga aku J

            Kami menunggu Bu Juni selesai mengacak tempat duduk kami. Virga, sepertinya agak risih dengan tempat duduk sementaranya itu.

“May, nyium bau gak enak gak sih disini?” tanya dia padaku.

“Heh? Enggak tuh.” ucapku heran.

“Masa sih? Bau tau, gak enak banget.” kata Virga risih.

Aku hanya tersenyum padanya. Ada-ada aja anak satu ini J

            Saat ulangan berlangsung, semua ponsel dikumpulkan di meja guru. Tiba-tiba saja, ponsel Fadhi berbunyi. Mukanya udah cemas gitu. Apalagi saat Bu Juni mengangkatnya, seketika muka Bu Juni tersenyum geli. Setelah memutuskan sambungan telephone nya, beliau memandang kami semua.

“Ini ponsel milik siapa?” tanya Bu Juni.

Fadhi dengan wajah cemas, malu, dan ragu-ragu pun mengangkat tangan kanan nya.

“Saya Bu.” akunya.

“Lain kali, ponsel kamu di matiin ya sebelum ditaruh ke depan. Tadi pacar kamu telephone, katanya ‘Mumu sayang’” ejek Bu Juni.

Semua orang diruangan tertawa geli mendengar nya.

“Eh, sudah-sudah.” kata Bu Juni menenangkan.

“Selesaikan soal ulangan kalian. Fadhi, bilang sama pacar kamu, kalo jam belajar jangan telephone.” peringat Bu Juni.

“Iya Bu.” kata Fadhi dengan wajah merah padam seperti kepiting rebus.

Hmm, ada-ada aja sih J Untung bukan ponsel ku yang berbunyi J Tapi siapa juga yang bakal nelpon? Pacar aja gak punya, haha J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s