Langsung ke konten utama

MAY LOVE STORY


NARA KECELAKAAN

            Sekarang aku sedang menjalani yang namanya Praktik Kerja Lapangan disebuah kantor milik pemerintah, yaitu kantor perpajakan. Aku tidak sendirian menjalani praktik disini, aku bersama enam teman ku. Mereka adalah Virsya, Gugun, Ayma, Tiwi, Fia, dan Anti. Kami ditempatkan dibagian yang berbeda-beda, dan aku sendiri ditempatkan dibagian sekretaris. Aku cukup bersyukur ditempatkan dibagian ini J Pembimbing ku sangat baik meski pekerjaan ku cukup banyak, dan aku juga sangat senang karena bisa mengenal Bapak Kepala Kantor disana yang sangat ramah. Aku cukup betah berada disini, karena ditempatku ini banyak sekali karyawan dari bagian lain yang sering datang baik masalah pekerjaan maupun sekedar mengobrol dengan pembimbing ku. Karyawan-karyawan disini sangat ramah, baik, dan suka bagi-bagi makanan J Mereka juga lucu-lucu dan asik banget kalo udah ngobrol panjang lebar sama pembimbing ku.

            Ada hal yang membuat aku cukup speechless sih waktu aku udah mulai dekat dan kenal lebih jauh sama kedua pembimbingku. Ternyata mereka memiliki kesamaan denganku, sama-sama suka Bollywood dan sama-sama suka Obiet Idola Cilik. Lucu ya? Gak nyangka aja gitu J Dan dari itulah kami jadi makin deket J Dan juga sering ngobrol kalo kerjaan agak santai.

            Setiap hari Sabtu aku bersama teman-teman ku masuk ke sekolah untuk melaporkan perkembangan kami di tempat PKL. Di hari itulah aku selalu menggunakan kesempatan ngobrol panjang lebar dengan Frina juga Mardha, oh ya, mereka satu tempat PKL lho. Frina sangat bersemangat bercerita tentang kegiatannya di tempat PKL, ya aku sih sedikit bercerita tapi lebih banyak menjadi pendengar yang baik. J

            Setelah pulang dari sekolah, aku beristirahat dan tidur siang. Saat aku terbangun ternyata hari sudah sore, aku pun bergegas mandi dan sholat Ashar. Seusai menunaikan sholat Ashar, ponselku berdering. Aku meraihnya dan menatap layar benda tersebut. Ada sebuah message dari salah satu adik kelas ku.

From: Nita

Telah meninggal dunia teman kami kelas X IT, Agus.

 

Heh? Ini serius atau bercanda sih? Agus? X IT? Berarti teman Nara dong. Tunggu, Agus? Sepertinya aku gak asing sama nama itu, akh iya, dia kan salah satu anggota OSIS. Ya ampun, ini serius gak sih? Coba nanya nih anak deh.

To: Nita

Turut berduka ya dek, kalo boleh tau dia meninggal karena apa?

 

Saat aku menunggu balasan dari Nita, banyak sms masuk ke ponselku, sms ucapan duka cita gitu. Aku pun berinisiatif untuk sms Frina.

To: Frina

Rin, udah denger kabar adik kelas kita meninggal?

 

Aku menekan menu send dan kemudian balasan dari Nita muncul.

From: Nita

Iya Kak makasih. Karena tenggelam Kak.

Tenggelam? Kok bisa? Saat aku sibuk berpikir, sms balasan dari Frina muncul.

From: Frina

Iya May, tau orang nya?

 

To: Frina

Tau, dia anak OSIS.

 

From: Frina

Oh ya? Kok aku gak tau ya? Katanya dia meninggal karena tenggelam lho. Katanya sih mereka siang itu pergi mancing ke pulau putri. Oh ya, Nara juga ikut lho May, tapi untung nya dia gak papa.

 

What? Nara? Serius tuh? Ya ampun, gimana keadaan dia sekarang? Kenapa setiap cowok yang aku sayang selalu bikin aku khawatir gini sih? L

 

To: Frina

Serius? Nara juga ikut mancing?

 

From: Frina

Iya

 

To: Frina

Kita ke rumah duka yuk!

From: Frina

Aku sih mau aja, tapi aku gak tau rumahnya. Coba telpon Pak Marlin deh May.

 

To: Frina

Ok, entar aku coba hubungi beliau.

 

            Aku pun berusaha untuk menghubungi Pak Marlin, dan syukurnya bisa. Beliau menyuruhku untuk datang ke rumah duka dengan membawa sejumlah uang untuk santunan ke keluarga korban. Aku langsung saja mengatur rencana dengan Frina dan teman-temanku yang lain untuk berangkat kesana. Dan kami sepakat untuk berangkat bareng dan ngumpul dulu di rumah Bu Fris. Aku dijemput Fadhi.

            Sesampainya di rumah Bu Fris, Bu Fris bercerita panjang lebar. Intinya sih gini, mereka itu pergi mancing ke pulau putri dengan menggunakan perahu dan si korban ini tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya dari dalam air teman-teman nya pun nyebur buat nolong dia. Dan berhasil nyampe tepi pantai bawa tubuh dia, sempat minta pertolongan warga sekitar buat minjem mobil untuk membawanya ke rumah sakit terdekat, tapi sayang nya tidak diijinkan dan korban pun kehilangan nyawa. Bu Fris juga bilang, saat dijumpai di tempat kejadian Nara dan teman-temannya hanya diam sama sekali gak mau ngomong. Aduh, makin parno nih, gimana keadaan tuh anak sekarang? Pasti dia shock banget. Kira-kira dia ada dirumah duka gak ya?

            Kami pun on the way ke rumah duka. Sesampainya disana kami ngumpul di depan rumah tetangga si korban, sebenernya sih nunggu guru-guru lain dateng. Disanalah kami saling ngobrol. Dan menurut salah satu teman Nara, Nara dan teman-temannya yang ada di tempat kejadian sekarang ada di kantor polisi. Yah, mungkin dimintai keterangan. Aduh, makin parno nih. Bisa gak ya ngadepin tuh polisi-polisi? Semoga polisinya baik-baik deh, dan semoga Nara gak dimarah-marah. Awas aja kalo berani marahin Nara!

            Kami pun masuk ke rumah duka dan melihat korban. Sedih sih, masih muda banget udah meninggal. Dan yang paling miris liat ibunya yang masih histeris dan shock berat saat mengetahui anaknya meninggal. Beliau terus saja menangis dan sama sekali gak mau makan. Sedih ya? L Aku jadi keinget Mama L Apa Mama juga akan seperti ini kalo misalnya aku meninggal muda? Aduh, amit-amit deh, belum siap L

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s