Langsung ke konten utama

MAY LOVE STORY


PERPISAHAN KELAS

            Semua teman-teman ku sibuk di group fb kelas kami. Mereka sedang membahas masalah perpisahan kelas yang pernah kami rencanakan dulu sebelum UAN terlaksana. Dan inilah puncaknya. Semua beragumen macem-macem, aku sih ikut aja deh. Dan akhirnya kami sepakat untuk mengadakan perpisahan di foto studio dan tempat angkringan di dekat sebuah mall. Dan saat acara perpisahan, bendahara kelas juga bakal bagi-bagi uang kas kami yang masih tersisa.

            Bendahara kelas ku adalah Frina, dan dia pusing tujuh keliling karena gak tau bagaimana membagi uang kas tersebut. Dia pun memutuskan untuk ke rumahku dan meminta bantuanku untuk menghitung uang kas tersebut dan cara pembagian ke setiap teman-teman kami. Awalnya sih aku kira gampang saja, tapi ternyata bener-bener ribet. Aku udah menggunakan berbagai macam metode namun tetap saja terasa aneh. Dan Suami Kakakku yang cukup prihatin dengan keadaan kami akhirnya turun tangan dan memberikan solusi yang bener-bener tepat dan topcer deh. Haha :D

            Karena saking ribetnya sama uang kas, alhasil kami telat untuk berangkat ke acara perpisahan. Aku segera mandi dan bersiap. Setelah itu aku dan Frina akan ke rumahnya, kemudian menunggunya mandi dan segala macem setelah itu baru kamu on the way. Dan bisa ditebak, teman-teman ku yang sudah tiba disana selalu menghubungi kami dan menanyakan kami ada dimana. Untuk tidak membuat mereka emosi, kami pun sedikit berbohong dan mengatakan “Kami lagi diangkot nih, macet banget.” Udah kayak Jakarta aja nih Batam pake alasan macet. Haha :D Abis mau gimana lagi? Daripada kami diamuk sama mereka.

            Di dalam angkot, ponsel aku dan Frina terus saja berdering. Kami selalu tertawa geli setiap melihat sms mereka.

From: Arfan

Kalian dimana sih? Udah nyampe mana?

 

Aku menatap Frina.

“Balas apa nih?” tanyaku.

“Udah, bales aja udah sampai BCS.” usul Frina.

Aku pun mengikuti usulnya yang menurutku cukup masuk akal tersebut. Kemudian datang lagi sms dari Marda.

From: Marda

Udah kalian yang bilang gak boleh telat, tapi kalian sendiri yang telat. Kalian dimana sih?

 

Pasti nih anak lagi emosi banget. Aku kemudian membalas sms nya dengan sms rayuan.

To: Marda

Di hatimu <3 :*

 

Aku dan Frina tertawa geli. Pasti dia bakal kesel banget. Kemudian balasan sms darinya datang.

From: Marda

Rese! Orang serius malah becanda lagi !

Aduh, emosi banget nih anak.

To: Marda

Maaf L

 

Kemudian aku menekan menu send.

            Dan alhasil, kami supertelat sampai disana dan harus menghadapi wajah-wajah cemberut mereka yang gak banget :D Yah, kami kan telat juga karena ngitung uang kalian yang super ribet itu L Kemudian kami langsung menuju studio photo.

            Setelah berdiskusi masalah biaya, kami pun mulai digiring ke tempat dimana kami akan dijadikan foto model sehari. Haha :D Dengan berbagai macam gaya dan arahan dari sang Fotographer yang cukup menyenangkan itu, kami lumayan enjoy banget pas photo-photo. Setelah selesai kami diminta untuk menentukan background foto yang nantinya akan dicetak. Udah deh tuh pasti ribet the bingits, terus kami juga disuruh milih lima foto buat dimasukkan ke CD. Udah deh, aku langsung sedikit menghindar. Karena pasti tuh ribet ujung-ujung nya, jadi mendingan aku gabung sama anak-anak cowok. Dan sialnya, Maman dan Arfan sedang membicarakan sesuatu hal yang membuat nafasku tercekat seketika.

“Eh Man, masih inget sama janji Virga gak?” tanya Arfan ke Maman.

“Janji yang mana?” tanya Maman bingung.

“Itu lho janji dia yang mau traktir kita kalo kita lulus.” kata Arfan mengingatkan.

“Oh iya, coba telpon dia. Mungkin dia lupa.” Maman memberi usul yang langsung disambut antusias oleh Arfan.

“Ok, aku telpon dia.” kata Arfan mengeluarkan ponselnya dan mulai memencet-mencet keypad benda tersebut lalu menempelkannya ke depan telinganya.

Aku masih mendengarkan pembicaraan mereka sambil berdoa di dalam hati, Ya Allah please jangan biarkan mereka dengan tega mengundang Virga ke acara ini L Aku belum siap bertemu dengannya. L Aku mohon Tuhan.

            Aku masih dengan saksama mendengar percakapan Arfan dan Virga lewat telepon. Kalian tau, sejak tadi nafasku tertahan dan dadaku terasa sesak hingga akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman ku yang sepertinya sudah gak terlalu ribet lagi dalam hal memilih foto juga background. Jujur, aku bisa pingsan kalo aku masih terus berada disana. Kenapa waktu dua tahun belum bisa mengembalikan perasaanku secara normal kepadanya? Dan kenapa aku selalu saja seperti ini, berhenti bernafas secara tiba-tiba, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, dadaku terasa sesak, setiap kali aku mendengar namanya disebut. Dan aku juga selalu takut untuk bertemu dengannya lagi. Entah apa yang aku takutkan. Menurutku dia tidak semenyeramkan seperti monster ataupun genderuwo. Tapi sepertinya, matanya itu yang membuat badanku lemas seketika dan luka dihatiku dapat terkelupas dengan perihnya. Gak, aku gak siap untuk bertemu dengannya lagi. Aku gak tau apa reaksiku saat melihatnya nanti. Apa aku akan marah? Atau aku akan memeluknya dengan erat dan bilang “I miss you, I miss you so much, you know?”. Atau mungkin aku akan menangis dihadapannya untuk meluapkan kesedihanku kehilangannya dalam waktu dua tahun. Atau mungkin juga aku akan berlari sejauh mungkin untuk menghindar darinya. Aku gak tau apa jawabannya. Yang jelas aku belum siap untuk melihatnya dihadapanku lagi. Tidak untuk saat ini. L

“May, foto ini baguskan?” tanya Erry menarikku kembali ke alam realita.

Aku kemudian melihat foto yang ditunjuknya.

“Iya bagus” ucapku.

“Oh iya, backgroundnya yang ini nih. Bagus kan?” tanya Erry sambil menunjuk gambar background yang dia maksud.

“Iya, bagus kok.” kataku.

            Setelah segala sesuatunya selesai, kami pun berjalan menuju angkringan. Aku dan Frina jalan kaki bersama Arfan dan juga Wisnu. Mereka seperti bodyguard kami saja J Teman-teman ku yang lain mengambil motor mereka yang berada di parkiran mall dan ingin memindahkannya di parkiran dekat angkringan. Ketika aku, Frina, Arfan, dan juga Wisnu sampai. Teman-teman kami yang lain ternyata belum sampai. Kami pun mengobrol sambil menunggu mereka.

“Eh, kalian tadi kenapa bisa telat banget kayak gitu? Emang macet banget ya?” tanya Arfan.

Aku dan Frina pun sontak tertawa geli. Ketika melihat wajah Arfan dan Wisnu bingung aku menatap Arfan dengan serius.

“Iya, gila sumpah, macet banget tadi. Aduh, pusing aku dibuatnya.” kataku berakting, sok-sok pusing.

Frina kemudian tertawa melihat tingkah ku.

“Ikh May, bohong dosa tau.” katanya.

Aku hanya tersenyum nakal padanya.

“Gini, sebenernya sih kami telat gara-gara ngitung uang kalian tuh, makanya telat. Abis ribet banget sih.” jelas Frina di dukung dengan anggukkan kepala ku.

“Oh gitu.” kata Arfan.

            Teman-teman kami berdatangan dan kami pun nyari tempat yang nyaman buat makan. Dan sambil menunggu pelayan, kami ngobrol-ngobrol tentang segala hal. Hingga kemudian pelayan datang dan kami sibuk untuk melihat menu dan memesan makanan. Aku memutuskan untuk memesan nasi goreng seafood dan segelas es jeruk.

            Saat semua pesanan kami datang kami pun sibuk dengan makanan masing-masing. Hingga kemudian Arfan membuka sebuah obrolan baru, yah tepatnya sih sebuah pemberitahuan.

“Oh ya, Virga mau datang dan gabung sama kita disini, gak papa kan?” Arfan meminta persetujuan.

“Oh ya? Bagus dong, aku udah kangen juga sama dia.” ucap Erry antusias.

“Serius Fan? Wah gak papa tuh, malah bagus tambah rame.” kata Virsya.

“Iya gak papa, Ibu juga mau ketemu dia.” kata Bu Fris yang mendapat undangan special bersama kami untuk bergabung diacara kecil-kecillan ini. Kecil-kecil tapi bermakna lho, jangan salah J

Arfan hanya tersenyum melihat antusias Bu Fris dan yang lainnya mengetahui kedatangan Virga sebentar lagi. Tapi tidak dengan ku. Dadaku seperti ada yang meletakkan batu seberat 50 kg diatasnya. Sesak, sangat sesak L Doaku tidak terkabul. Kenapa Arfan segitu teganya mengundang Virga kesini? L Oh my God.

            Frina ternyata menyadari perubahan sikap ku. Dia menatapku dengan tatapan prihatin. Aku berusaha keras untuk menetralkan perasaanku sebelum semua orang tau perubahan sikapku yang secara mendadak. Aku kemudian menatap Frina dan tersenyum padanya.

“I’m okey Frin J” kataku.

Frina kemudian hanya tersenyum kepadaku. Aku harus kuat, aku harus kuat untuk menghadapinya. Dia hanya manusia biasa, bedanya dia adalah manusia di masa lalu ku yang sudah merenggut hati dan cintaku. Aku harus bisa menghadapinya, dia memang sudah membuatku terluka atas kepergiannya, tapi dia tidak akan bisa membuatku lemah dan hancur. Aku bisa, ya aku pasti bisa.

            Aku kembali menyuapkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutku. Aku mengunyahnya dengan perlahan. Aku sedari tadi hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan yang ditujukan padaku juga tersenyum ketika salah satu temanku menggodaku. Aku masih terus berusaha menetralkan perasaanku sebelum dia benar-benar ada dihadapanku.

            Kemudian, aku melihat seseorang berjalan ke arah kami. Dia masih memakai helm dikepalanya, dia juga memakai jaket. Dia masih terus berjalan dan dengan perlahan membuka helmnya. Saat itu lah nafasku tercekat dan jantungku rasanya berhenti berdetak. Mataku membulat menatapnya hingga rasanya seperti mau keluar. Dan tubuhku mendadak kaku seketika. Aku kemudian menundukkan wajahku dan terdengar suara Arfan.

“Eh, Virga! Sini!” serunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s