EPILOG
Mataku
menatap dengan mata yang membulat, seperti melihat sesosok makhluk yang sangat
mengerikan. Tanpa sadar, ternyata Arfan memperhatikan ku dan menatapku dengan
heran.
“May, kamu kenapa?” tanya Arfan heran
yang sontak membuatku tersadar dan segera menundukkan wajahku.
Kemudian Arfan menatap ke arah yang tadi
aku tatap. Wajahnya berubah sumringah.
“Eh, Virga! Sini!” serunya sambil
melambaikan tangan ke arahnya.
Virga tersenyum senang dan duduk
disebelah Arfan dan tepat di depan ku. Semua teman-teman ku dan juga Bu Fris
antusias melihat kedatangan Virga.
“Hey Virga! Apa kabar kamu?” tanya Bu
Fris gemas.
“Hehe J Baik Bu.” jawab
Virga cengengesan.
“Vir, ada lowongan kerja gak di tempat
kamu?” tanya Marda.
“Iya nih, ada gak Vir?” tanya yang lain
serentak.
“Haha :D Okok, entar coba aku tanyain.”
jawabnya.
Aku masih menunduk dan berusaha sibuk
mengotak-atik ponselku. Mata Virga menatapku sejenak namun segera beralih
ketika Erry memanggilnya.
“Vir, kok Wika gak diajak?” tanya Erry.
“Oh, dia dirumah, tadi aku dari tempat
kerja langsung kesini J” jawab Virga.
Erry hanya membulatkan mulutnya
membentuk vocal O. Virga kembali memperhatikan ku.
Frina
kemudian berbisik ditelingaku karena menyadari perubahan sikap ku. Sepertinya
dia sangat khawatir dengan keadaan ku.
“May, kamu gak papa? Apa perlu kita
pulang sekarang?” tanya Frina dengan nada khawatir.
“Gak, aku gak papa kok.” jawabku dengan
nada bergetar.
“Are you sure?” tanya nya meyakinkan ku.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Virga
dan teman-temanku yang lain sedang asik ngobrol. Sampai akhirnya mereka pamit
untuk pulang. Aku pun bernafas lega. Akhirnya J Frina langsung
menarik tangan ku untuk pulang dan saat itulah kami mengalami problem. Sekarang
udah jam sepuluh lewat dan angkot biasanya udah gak ada lewat lagi. Dan Gugun
menawarkan diri untuk mengantar Frina, dan Bu Fris akhirnya yang bersedia untuk
mengantarku pulang. Tapi hal yang tidak ku duga sebelumnya adalah, Virga
tiba-tiba muncul diantara kami.
“Hmm, ada masalah apa ya? Kayaknya agak
sedikit ribet” tanya Virga.
“Ini Vir, May gak ada yang anter pulang,
tadi May sama Frina pergi naik angkot. Tapi ini kan udah malam banget jadi
angkot udah gak ada yang lewat lagi. Gugun nganter Frina, sekarang tinggal May,
Ibu sih bersedia aja nganter dia.” jelas Bu Fris.
“Udah Bu, biar saya yang nganter May
pulang. Lagian rumah Ibu kan cukup jauh dan berlawanan arah dengan rumah May.”
kata Virga.
Aku dan Frina menatap Virga tajam,
tatapan tidak percaya.
“Wah ide bagus itu, ya sudah kalo gitu
Ibu pulang duluan ya. Anterin May sampai depan rumahnya ya Vir.” kata Bu Fris
pada Virga dan segera menghidupkan motornya dan pergi.
Oh my to the God L
“May, gak papa kan aku yang anter
pulang?” tanya Virga padaku.
Aku hanya terdiam saja.
“Hmm, Vir, mau bareng perginya atau
gimana nih?” tanya Gugun.
“Kalian duluan aja deh, ada yang mau aku
bicarain dulu sama May J” jawab Virga.
“Ok J” kata Gugun.
Frina menatap ku khawatir.
“May, kamu gak papa kan? Atau kamu aja
yang diantar Gugun, dan aku sama Virga?” tanya Frina.
“Aku gak papa, kamu duluan aja J”
kata ku.
Kemudian, Frina dan Gugun pun pergi.
Sekarang
tinggal aku dan Virga berdua, dia masih menatapku dan wajahku masih tertunduk.
“May, kamu kenapa sih? Kok nunduk
terus?” tanya Virga.
Aku menggelengkan kepalaku.
“Oh ya, kita nonton bentar gak papa kan.
Please, temenin aku nonton J” pinta Virga.
Aku mengangkat wajahku dan menatapnya
tajam. Dia kemudian tertawa geli melihat ekspresi wajahku.
“Nah gitu dong, wajahnya diangkat.
Tenang aja, aku cuma bercanda kok. Oh ya, ada yang kamu mau tanyakan sama aku?”
tanya Virga.
Seketika keberanian di dalam diriku
muncul, aku menatapnya dengan tatapan membunuh namun dia hanya membalas dengan
tatapan lembut malaikat. Dan kemudian mataku mulai berair. Raut wajahnya
langsung berubah cemas.
“Hey, kamu nangis? May, please jangan
nangis. Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh maki-maki aku, kamu juga boleh
mukul atau nampar aku. Gak papa, sungguh J Tapi jangan
nangis, please J” pintanya.
Aku masih berusaha menahan emosiku. Dan
sekejap aku menutup mataku dan membukanya kembali.
“Vir, kamu itu cowok yang paling pintar
yang pernah aku kenal. Tapi aku salah, kamu adalah cowok paling bodoh yang
pernah ku lihat. Aku benci sama kamu Vir! Kalo kamu dari dulu memang ingin
menyakitiku, kamu berhasil Vir, kamu berhasil.” ucapku.
Virga mengatur nafasnya sejenak dan
kemudian meraih tanganku lembut dan menatap mataku dalam.
“May, maafin aku udah buat kamu terluka
dan sakit hati. Tapi aku tidak pernah berniat untuk menyakiti kamu. Aku memang
bodoh May, kamu benar itu. Itu alasannya aku menolak untuk menerima cinta kamu.
Kamu mau maafin aku kan?” tanya Virga.
Aku hanya terdiam dengan pandangan
mataku ke arah lain.
“Kita pulang sekarang? Atau kamu masih
mau marah-marah sama aku? Atau mungkin mau nampar aku?” tanya Virga mendekatkan
pipinya ke depan wajahku.
Aku tidak bergeming.
“Kita pulang sekarang.” ucapku.
Virga kemudian menarik wajahnya dan
melepas jaketnya lalu memasangkannya padaku.
“Kamu pakai jaketku, aku tau kamu gak
bisa kena angin malam. Dan aku gak mau kamu sakit J”
ucapnya.
Aku menatapnya dengan perasaan campur
aduk, dia terlihat sangat berbeda malam ini. Kemudian, kami pun pergi.
#
“May, yuk pulang! Udah jam sepuluh lewat
nih!” kata Frina membuyarkan lamunan ku.
“Akh iya.” kata ku gelagapan.
Aku kemudian memandang sekeliling ku dan
bernafas lega. Ternyata itu hanya khayalan ku saja J
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengabulkan doaku. J
Dan Virga, jika suatu saat ada orang yang bertanya tentang kita, maukah kamu
menjawab nya? Karena aku tidak pernah tau jawabannya, tentang kita J
END
Komentar
Posting Komentar