Langsung ke konten utama

Menunggu

 

Menunggu

“Kita diciptakan oleh Tuhan untuk beribadah dan taat kepadanya, tapi kenyataan lebih banyak manusia yang menjadikan hidup untuk mencari bahagia bukan pahala.” tulisan Giswa di akhir karya tulisnya.

“Hi Gis!!!” sapa seorang pria.

“Arka?” ucap Giswa terkejut.

“Nulis aja kerjaan loe, lepas tuh tangan.” komentar Arka melihat karya tulis di genggaman Giswa.

“Kadang seseorang hanya bisa mengomentari orang lain tanpa sadar berapa banyak hal yang bisa dikomentari dari dirinya sendiri.” kata Giswa.

“Iya deh Bu Guru, sorry.” kata Arka

“Kebiasaan setiap orang, mengejek, kemudian meminta maaf.” jawab Giswa.

Arka pun pusing mendengar kata-kata Giswa yang selalu tepat untuk dirinya.

#

Tepat 16 tahun yang lalu, di sebuah kota nan indah, dua keluarga yang memiliki rumah berdampingan hidup dengan bahagia, yaitu keluarga Pak Safar dan Pak Syawal.

Pak Safar memiliki dua anak, anak sulungnya seorang perempuan bernama Malaika dan anak bungsunya laki-laki bernama Arka. Begitu pula Pak Syawal memiliki dua orang anak, anak sulungnya seorang laki-laki bernama Ragis dan anak bungsunya perempuan bernama Giswa.

Arka seorang anak laki-laki yang memiliki sifat yang jahil, bandel, dan suka bercanda. Sangat berbeda dengan Giswa yang berkepribadian kalem, rajin, dan ramah. Namun, meski mereka bagaikan langit dan bumi, terbukti sampai saat ini mereka selalu bersahabat tanpa diwarnai kata pertengkaran.

Seiring berjalannya waktu, Arka tumbuh menjadi pria yang tampan yang pasti digilai para wanita. Tapi sifat bandel, jahil, dan suka bercanda Arka tidak pernah berubah. Begitu juga Giswa, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, namun tetap dengan kepribadiannya.

Giswa setiap harinya memakai kacamata dan Giswa merupakan seorang penulis muda yang sangat berbakat yang sudah mendapatkan berbagai macam penghargaan. Sedangkan Arka, dia juga berbakat, berbakat dalam memikat hati semua cewek.

Mereka memang bagaikan langit dan bumi, tapi perbedaan itulah yang menjadi pemersatu mereka.

“Gis, gue bingung kenapa sih cewek yang jadi pacar gue selalu menolak buat gue putusin?” tanya Arka meminta pendapat Giswa.

Maybe, mereka terlalu banyak berharap sama kamu. Tuhan menciptakan harapan untuk setiap manusia, tapi Tuhan juga melarang manusia untuk berharap terlalu tinggi atau memberikan harapan kepada seseorang yang sangat tinggi.” jawab Giswa.

“Hmm, menurut saya Anda benar. Lantas, apa yang harus saya lakukan saat ini?” Arka meniru gaya bicara Giswa.

(tersenyum) “Setiap manusia diciptakan dengan pikirannya masing-masing.” jawab Giswa.

Giswa beranjak pergi dari Arka. Sedangkan Arka hanya tersenyum dengan ucapan sahabat terbaiknya itu.

So, kesimpulannya tuh anak suruh gue mikir? Oh My God!” kata Arka kesal dan beranjak dari tempatnya duduk.

#

Di malam yang sunyi, seperti biasanya di dekat jendela kamarnya, Giswa melanjutkan karya tulisnya.

‘Tepi tak berpagar, namun tak jua….’ (tulisan Giswa di laptop kesayangannya)

“Akh, salah.” ucap Giswa kesal sembari menghapus tulisannya.

“Kenapa sih dari tadi salah terus? Ada apa sih?” keluh Giswa kesal.

Tiba-tiba, terdengar suara dari bawah jendela kamarnya.

“Gis, kebun yuk!” teriak Arka.

“Mungkin aku bisa menemukan inspirasi di sana.” pikir Giswa.

Giswa pun berlari menuju Arka.

“Nah, gitu dong, jangan pacaran sama laptop loe mulu kerjaannya.”ejek Arka.

“Dari tadi tulisan aku salah terus, mungkin dengan pergi ke kebun aku bisa mendapatkan inspirasi yang bagus.” jelas Giswa.

Mereka kemudian berjalan menuju kebun beriringan.

“Gis, loe kenapa betah banget nulis?” tanya Arka.

“Setiap orang memiliki hobi yang berbeda-beda, itulah hal yang membuatnya betah untuk melakukan hal itu. Karena baginya hal itu adalah hidupnya.” jawab Giswa.

“Gis, Gis, loe emang gak pernah berubah ya. Gue pengen banget liat loe ngomong itu ceplas-ceplos kayak gue. Mungkin lucu kali ya? Haha.” ejek Arka.

“Hidup takkan pernah berjalan seperti apa yang kita inginkan, karena tubuh ini saja bukan milik kita.” jawab Giswa.

“Ya, ya, Non. Gis, loe kok kalo gue perhatiin gak pernah tuh suka sama cowok?” tanya Arka.

“Gak semua hal harus aku ceritain, ada hal-hal tertentu yang aku harus simpan sendiri.” jawab Giswa.

“Jadi loe pernah suka sama cowok dong? Oh ya Gis, loe kok gak pernah pacaran sih?” tanya Arka.

“Hanya orang bodoh  yang melakukan hal yang sia-sia.” jawab Giswa.

“Jadi gue bodoh dong?” kata Arka mengambil kesimpulan.

“Hahahaha” Giswa tertawa lepas.

Arka terlihat bingung melihat ekspresi Giswa sekaligus terkejut.

“Gis, baru kali ini gue liat loe ketawa lepas kayak gini.” kata Arka.

Giswa menghentikan  tawanya dan tersenyum malu pada Arka. Giswa kemudian terdiam.

“Gis, gue mau bilang sesuatu sama loe. Loe cantik banget pas ketawa lepas kayak tadi.” kata Arka.

“Thanks, udah malam banget.” kata Giswa salah tingkah.

“Ok.” kata Arka mengerti maksud perkataan Giswa.

Mereka pun pulang.

#

Di kamar tidurnya, Arka tersenyum-senyum sendiri mengingat ekspresi ketawa Giswa tadi. Dia bahkan hampir gak bisa tidur memikirkan itu.

“Selama 16 tahun gue sama dia, baru kali ini gue liat dia ketawa selepas itu. Kalo dipikir-pikir, Giswa itu cantik juga, tapi sayang dia sahabat gue.” kata Arka kemudian memejamkan mata indahnya.

#

“ARKAAAAA!!!!” teriak Ibu Arka.

“Iya Ma, Arka udah siap kok!!!” jawab Arka.

Arka keluar kamar berlari menuruni anak tangga dan menuju meja makan. Arka sarapan bersama Ayah, Ibu, dan Kakaknya.

Oh ya, ada yang lupa, Kakak Arka mempunyai kekurangan, yaitu dia tidak bisa melihat atau dengan kata lain tuna netra.

Namun, Kakaknya adalah wanita yang mandiri, walaupun tidak bisa melihat, dia mampu mengerjakan semua hal sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Bahkan dia juga masih bisa membantu Ibunya. Arka sangat menyayangi Kakaknya.

Setelah selesai makan, Arka pamit pada Ayah, Ibu, dan Kakaknya.

“Kak” bisik Arka di telinga Kakaknya.

“Hmm” jawab Kakaknya.

“Kakak cantik banget hari ini” bisik Arka dan kemudian mencium Kakaknya.

Malaika hanya tersenyum mendengar perkataan dari adiknya.

#

Saat jam istirahat, Arka mencari Giswa di seluruh penjuru sekolah dan menemukannya duduk di kursi taman dengan memangku laptop kesayangannya. Arka pun kemudian menghampiri Giswa.

“Gis” sapa Arka.

“Ya?” respon Giswa tanpa menatap Arka.

“Gue puyeng sama pacar gue, gue pengen mutusin dia dan gue gak pengen pacaran lagi. Loe punya tips gak, biar gue bisa betah ngejomblo? Kayak loe gitu?” tanya Arka.

“Semua hal butuh proses, mungkin dengan loe cari kesibukan yang bisa membuat loe benar-benar sibuk bisa membantu masalah loe.” jawab Giswa.

Arka hanya manggut-manggut mendengar perkataan Giswa.

“Oh ya Gis, gue mau nanya deh. Emang loe gak ngiri ya, liat orang pada pacaran gitu? Mesra-mesraan sama pacarnya. Emang loe bener-bener gak mau pacaran gitu?” tanya Arka penasaran.

Giswa terdiam sejenak dan kemudian menatap Arka lembut.

“Semua orang punya alasan tersendiri tentang hal-hal yang menjadi sebuah keputusan bagi dirinya untuk dijalani dalam hidup. Semua itu ada waktunya, dan saat ini bukan waktu yang tepat untuk hal tersebut.” jelas Giswa.

Arka hanya menatap Giswa dengan terpaku.

#

Akhirnya, Arka mengikuti saran dari Giswa. Setiap harinya dia menyibukkan dirinya dengan bermain basket bersama teman-temannya. Dan ternyata cara tersebut berhasil membuat Arka melupakan kesibukkannya dengan cewek-cewek cantik yang selalu mengelilinginya setiap hari.

“Eh Ka, akhir-akhir ini kayaknya gue gak pernah liat loe gandeng cewek lagi. Kenapa loe?” tanya Riki.

“Udah capek gue ngurusin tuh cewek-cewek ribet. Bikin hidup gue gak tenang.” jawab Arka.

“Ohh, jadi basket pelarian dong ya ceritanya.” ejek Riki.

Arka hanya tersenyum.

#

Saat jam istirahat, Arka tidak sengaja melewati taman sekolah dan melihat Giswa sedang duduk di kursi taman seperti biasanya. Kemudian, ada seorang cowok yang membawa sebuah kotak dengan balutan pita pink.

Dia terlihat serius berbicara dengan Giswa, namun Giswa sama sekali tidak menghiraukannya. Arka tiba-tiba saja tersenyum senang melihat peristiwa itu.

“Giswa memang gadis yang berbeda.” batinnya.

#

Saat berjalan menuju ke rumahnya, Arka melewati taman dan tanpa sengaja melihat Giswa sedang bersama seorang cowok. Mereka terlihat sangat akrab dan Giswa terlihat sangat ceria bersama cowok tersebut.

Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dalam hati Arka. Arka pun kemudian melanjutkan langkahnya untuk pulang ke rumah.

#

Arka duduk di tepi tempat tidurnya dan mengingat kejadian yang tadi dilihatnya di taman. Entah mengapa, dada Arka terasa sesak saat mengingatnya. Dia kemudian membuka laci meja belajarnya dan mengambil sebuah foto dirinya bersama Giswa saat berumur 5 tahun.

Arka menatap foto itu dengan tajam dan kemudian merebahkan tubuhnya di kasur sambil memeluk foto tersebut dengan erat.

#

Sejak melihat kejadian di taman rumahnya itu, Arka tiba-tiba saja menjaga jarak dengan Giswa. Dia selalu menghindar untuk menatap Giswa. Giswa sepertinya menyadari ada hal yang aneh. Dia merasa ada yang hilang dari hidupnya. Dan ia akhirnya sadar akan tidak adanya celotehan Arka yang selalu mengganggunya.

#

Arka, duduk di tepi sebuah danau seorang diri. Dengan perasaan kacau, dia melempar batu-batu di dekatnya satu per satu. Perasaan Arka sedang hancur, amarahnya tidak terkendali.

“Kenapa sih, loe gak pernah peka sama gue? Gue cinta sama loe Giswa!” teriak Arka.

Tanpa sepengetahuan Arka, Giswa berada tepat di belakangnya.

“Akhirnya, kamu jujur dengan perasaan kamu sendiri.” ucap Giswa.

“Ngapain loe kesini?” tanya Arka dengan nada ketus tanpa melihat ke arah Giswa.

Giswa kemudian duduk di samping Arka.

“Dari dulu, aku selalu nunggu kata-kata itu keluar dari mulut kamu. Dan akhirnya, sekarang aku mendengarnya.” kata Giswa.

Arka tersenyum sinis tanpa melihat Giswa.

“Munafik loe Gis. Buat apa loe ke sini? Bukannya loe udah punya cowok yang bisa bikin loe ketawa lepas dan gak bersikap kaku. Jadi buat apa loe bilang kata-kata itu?” kata Arka emosi.

“Jadi kamu cemburu sama Kak Ragis?” kata Giswa sambil tersenyum.

“Kak Ragis?” tanya Arka heran.

“Jadi, kamu jauhin aku karena cemburu sama Kak Ragis?” kata Giswa menyimpulkan.

Arka menatap Giswa dengan sangat heran.

“Cowok yang kamu liat bercanda sama aku itu Kak Ragis. Dia baru pulang dari Inggris.” jelas Giswa.

Arka pun kemudian terdiam karena malu.

“Maafin gue Gis, gue salah sangka sama loe.” kata Arka menyesal.

It’s okay.” kata Giswa.

“Jadi? Tunggu. Maksud kata-kata loe tadi itu, loe nunggu gue buat bilang cinta sama loe. Jadi, selama ini loe suka sama gue?” tanya Arka pensaran.

“Ya.” jawab Giswa.

“Itu artinya loe mau dong jadi pacar gue?” tembak Arka langsung.

“Aku minta maaf Ka. Seperti yang pernah aku bilang, semua hal ada waktunya. Dan saat ini belum waktunya buat kita bersatu. Hubungan yang kamu sebut itu adalah sebuah hubungan semu. Aku gak mau terikat dalam sebuah hubungan semu. Aku harap kamu mengerti apa yang aku maksud. Dan aku harap kamu mau menunggu waktu itu, bila nanti saatnya tiba.” jelas Giswa.

“Iya Gis, gue akan menunggu waktu itu untuk datang. I love you.” ucap Arka.

I love you too.” balas Giswa.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s