Langsung ke konten utama

I Want to Say, I Love You

I Want to Say, I Love You

 Aku berjalan keluar dari bandara. Selamat datang kehidupan yang baru, di kota yang baru, semoga semuanya berjalan indah. Batin ku.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara meneriakkan nama ku.

"Rean!" panggil nya.

Ya. Dia Oliver. Sepupu ku. Aku pun bergegas menghampirinya.

"Akhirnya! Aku nemuin kamu juga. Ayo pulang! Aku capek nih nungguin kamu. Papa Mama juga udah nunggu di rumah. Eh, kamu bawa oleh-oleh buat aku kan?" tanya Oliver.

"Iya bawel" jawab ku.

"Bagus" ujar Oliver senang.

Kemudian, aku dan Oliv masuk ke dalam mobil.

#

Nama ku Florean, aku baru aja dateng dari Jakarta. Saat ini, aku bakal tinggal di rumah Om ku yang ada di Banjarmasin. Soalnya Papa pindah tugas di Paris. Karena gak mau ninggalin aku sendirian di Jakarta, makanya aku dititipin ke sini. Mama ku udah meninggal saat aku berumur 6 tahun.

#

Aku dan Oliver masuk rumah.

"Assalamualaikum! Ma! Pa! Nih, pesanan nya udah dateng." kata Oliv sambil berteriak.

"Hah? Pesanan? Emang aku makanan apa? Kurang ajar kamu." ujar ku menegur nya.

"Haha" Oliv tertawa renyah.

Tante dan Om muncul dari ruang tengah, aku pun segera menyalam tangan mereka.

"Wahhh! Ponakan Om yang satu ini tambah ganteng ya." puji Om Hendra.

"Ah, Om bisa aja" ucap ku tersipu.

"Jangan terlalu di puji Pa. Entar dia terbang lagi." ejek Oliv.

"Oliv" ujar Tante Mirna menegur Oliv.

"Bercanda Ma" ujar Oliv santai.

"Kamu sekarang udah gede ya. Dulu kamu ke sini waktu umur 10 tahun. Sekarang, udah sebesar ini. Oh ya, Rean udah makan? Tante udah siapin makanan. Ayo kita makan!" ajak Tante Mirna.

"Wah! Jadi ngerepotin, Tante." ujar ku sungkan.

"Gak kok" kata Tante Mirna.

"Oh ya, Om Tante, ini ada oleh-oleh" ujar ku sambil menyerahkan goodie bag berisikan makanan dan kaos.

Oliv pun langsung bergegas mengambilnya dari tangan ku.

"oliv" tegur Tante Mirna.

"Udah Tante, gak papa" ujar ku, maklum akan tingkah Oliv.

"Ya udah, kita makan yuk!" ajak Tante Mirna lagi.

"Iya Tante" jawab ku.

Kami pun beriringan menuju ruang makan.

#

Di dalam kamar, aku lagi sibuk beresin barang-barang. Kemudian, Oliv tiba-tiba masuk, karena aku membuka pintu dengan lebar.

"Re, kok kamu mau sih dipindahin di sini?" tanya Oliv.

"Masalah?" tanya ku pada nya.

"Enggak sih. Tapi kan, di Jakarta lebih keren." ujar Oliv.

"Yah, tapi kan Papa gak ngijinin aku tinggal di sana sendirian" jawab ku.

"Terus, kenapa kamu gak ikut ke Paris?" tanya Oliv lagi.

"I love Indonesia" jawab ku.

"Gaya lo!" kata Oliv sambil melempar ku dengan bantal dan aku cuma tertawa menanggapinya.

"Liv, sekolah kamu keren gak?" tanya ku.

"Keren dong. Kalo gak, gak bakal aku sekolah di situ." jawab Oliv.

"Oh ya?" sindir ku.

"Yeah! Kamu liat aja besok sendiri." ujar Oliv.

"Okay" ujar ku.

#

Hari ini, hari pertama ku masuk sekolah. Dan untung nya aku gak satu kelas sama Oliv. Dia kan bawel banget anak nya.

"Silakan perkenal kan nama kamu" pinta Bu Guru.

"Kenalin, nama aku Florean, aku pindahan dari SMA 3 Jakarta, terima kasih" ujar ku memperkenalkan diri.

"Ok. Silakan duduk." ujar Bu Guru.

Aku pun berjalan menuju tempat duduk yang kosong.

#

Saat istirahat, aku berjalan menuju kantin. Namun, tiba-tiba aku tabrakan dengan seorang cewek. Dia terjatuh.

"Sorry, aku gak..." ucapan ku dipotong oleh nya.

"Jalan pake mata!" ujar cewek tersebut.

Dia langsung bergegas meninggalkan ku.

"Gila! Galak banget tuh cewek." aku menggerutu sendiri.

Aku pun melanjutkan perjalanan menuju kantin.

#

Di ruang tengah, aku dan Oliv nonton TV sambil ngemil.

"Gimana? Keren kan sekolah ku?" tanya Oliv.

"Yah, lumayan" jawab ku.

"Liv, besok jalan yok!" ajak ku.

"Ke?" tanya Oliv.

"Keliling kota ini lah" jawab ku.

"Beres! Aku ajak temen ya." ujar Oliv meminta izin.

"Ok. Gak masalah." ujar ku.

"Ok" kata Oliv antusias.

#

Sepulang dari sekolah, aku nunggu Oliv dan temen nya diparkiran. Beberapa menit kemudian, mereka muncul. Aku kaget melihat temen nya Oliv. Itu kan cewek yang  tabrakan sama aku kemaren. Batin ku.

"Hi Re! Sorry lama. Oh ya, kenalin temen aku Orela." ujar Oliv

Namun, kemudian Orela berbisik pada Oliv.

"Jangan bilang kita bakal pergi bareng dia" kata Orela.

"Iya. Emang kenapa? Gak ada masalah kan? Dia kan sepupu aku." kata Oliv.

"Kamu kan tau aku benci sama nama nya cowok" ujar Orela.

"Iya aku tau, tapi..." ujar Oliv.

"Aku gak ikut. Kamu pergi aja sama dia." ujar Orela, kemudian beranjak pergi.

"Kenapa temen kamu?" tanya ku heran.

"Dia ada urusan penting. Ya udah, kita jalan yuk!" ajak Oliv.

"Ok" jawab ku.

Aku dan Oliv pun masuk ke mobil. Kami jalan-jalan ke Pantai Jodoh, Masjid Raya, DC mall. Seru banget! Kota ini bener-bener indah. Aku gak hentinya memotret keindahan kota ini.

"Re, udah sore, pulang yok!" ajak Oliv.

"Okay" ujar ku.

Aku dan Oliv pun pulang. Sesampainya di rumah, kamu menuju kamar masing-masing. Sumpah capek banget. Tapi jujur, seru abis.

#

Hari ini Oliv ngajak aku jalan ke Pasar Terapung. Mumpung libur. Aku udah nunggu di dalam mobil, tapi Oliv gak muncul-muncul juga. Memang anak ini, dia yang ngajak juga.

Beberapa menit kemudian, dia muncul dan langsung masuk mobil dengan menenteng jaket di tangan nya.

"Kok kamu bawa jaket?" tanya ku.

"Kita kan sekalian mau ke Pulau Kembang" ujar Oliv.

"Terus?" tanya ku lagi, masih belum paham akan alasan Oliv.

"Di sana kan banyak monyet, aku takut tangan ku kena cakar" kata Oliv menjelaskan.

"Ohh! Makanya pake baju panjang dong." ujar ku.

"Gak punya" kata Oliv.

"Hah? Ya udah deh kalo gitu." ujar ku masih heran dengan tingkah sepupu ku yang satu ini.

Aku pun kemudian menjalankan mobil. Sesampainya di Pasar Terapung, aku langsung memotret kesibukan orang-orang di atas perahu. Aku dan Oliv juga naik ke sebuah perahu, kemudian mencoba satu per satu makanan di sana. Sumpah seru banget makan di atas perahu, apa lagi kalo ada gelombang, jadinya goyang-goyang gitu.

Setelah seru-seruan di Pasar Terapung, aku dan Oliv lanjut pergi ke Pulau Kembang dengan sebuah perahu motor. Sesampainya di sana, aku dan Oliv masuk dengan menenteng pisang.

Untung nya sih monyet nya gak terlalu banyak, jadi gak risih. Kata Oliv, jarang banget monyet nya dikit kayak gini. Aku dan Oliv ngasih pisang sama monyet-monyet di sekitar kami. Aku pun memotret keindahan tempat itu. Setelah udah sama-sama capek, kami pun pulang.

#

Di depan rumah, Oliv lagi asik baca novel sambil main ayunan. Aku pun menghampirinya.

"Ada apa Re?" tanya Oliv saat menyadari kehadiran ku.

"Ah enggak. Kamu baca novel apa?" tanya ku.

"Cinta Tapi Beda. Ada yang mau kamu tanyain sama aku?" tanya Oliv menyelidik.

"Hmm" aku bergumam, karena masih ragu dengan apa yang akan ku tanyakan.

"Udah. Ngomong aja kali." kata Oliv.

"Temen kamu itu kenapa sih? Perasaan tiap ketemu aku, mukanya kayak gak seneng gitu." tanya ku pada Oliv.

"Heh. Ternyata bener tebakan aku, kamu mau nanya tentang Orela. Dia orang nya emang kayak gitu. Bukan cuma pas ketemu kamu aja kok, tapi setiap ketemu cowok, pasti muka dia kayak gitu." ujar Oliv menjelaskan.

"Emang nya dia kenapa?" tanya ku lagi.

"Dia benci banget sama yang nama nya cowok" jawab Oliv.

"Hah? Kok gitu?" tanya ku heran.

"Mana ku tau. Pas aku nanya, dia gak mau jawab tuh." kata Oliv.

"Ohh" ujar ku.

"Kenapa? Kamu suka sama dia?" tanya Oliv dengan senyuman menggoda ku.

"Ah sembarangan kamu" ujar ku tengsin.

"Yah, kalo suka juga gak papa sih. Tapi siap-siap aja ngadepin dia, butuh perjuangan yang ekstra." kata Oliv memperingatkan ku.

"Aku masuk dulu ya Liv" ujar ku berusaha menghindar dari kebawelan Oliv.

"OK! Kalo kamu bisa dapetin dia, kamu adalah cowok yang bener-bener hebat." ujar Oliv.

Aku pun beranjak pergi masuk ke dalam rumah.

#

Hari ini, aku jalan ke toko sepatu bersama salah satu teman sekelas ku. Namun, aku bener-bener kaget. Saat aku masuk ke toko tersebut, aku melihat Orela jadi pegawai toko itu. Tapim sikap nya beda banget. Yah, mungkin karena pekerjaan kali ya.

Tapi Oliv gak pernah bilang kalo dia kerja di toko sepatu. Nih cewek bener-bener bikin aku penasaran.

#

Hari ini aku mau jalan-jalan sendirian. Yah, sekalian hafal jalan. Namun, tiba-tiba aku gak sengaja nabrak seorang cewek. Aku pun bergegas keluar dari mobil.

"Orela!" aku memekik setelah mengetahui cewek yang aku tabrak.

Kaki nya berlumuran darah. Aku langsung membawanya ke dalam mobil dan menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Orela langsung di bawa ke ruang UGD. Aku panik dan langsung menghubungi Oliv.

"Halo" kata Oliv.

"Liv, aku sekarang di rumah sakit" ujar ku dengan suara bergetar.

"Hah? Kamu kenapa? Kok bisa di rumah sakit?" tanya Oliv panik.

"Aku, aku, nabrak Orela" ujar ku terbata-bata.

"Apa? Ya udah, aku sekarang ke sana." ujar Oliv.

#

Oliv akhirnya datang. Aku langsung memeluknya.

"Udah, kamu tenang ya. Semua pasti baik-baik aja. Ok." ujar Oliv berupaya menenangkan ku.

"Aku bener-bener gak sengaja Liv" ujar ku masih ketakutan.

"Iya, aku tau" ujar Oliv.

Aku dan Oliv pun menunggu di depan ruang UGD. Tiba-tiba ada seorang cowok berjalan ke arah kami.

"Re! Itu Kak Galen, kakaknya Orela. Tenang aja, dia orang nya baik kok." kata Oliv.

Sekarang, Kak Galen udah di depan kami.

"Liv, gimana keadaan Orela?" tanya Kak Galen.

"Dia masih ditangani dokter Kak" jawab Oliv.

"Kak, maafin aku. Aku bener-bener gak sengaja." ujar ku penuh penyesalan.

"Iya, gak papa. Ini mungkin udah takdirnya Orela." ujar Kak Galen.

Ternyata bener, Kak Galen baik.

#

Dokter akhirnya keluar dari ruangan UGD.

"Siapa keluarga pasien?" tanya Dokter tersebut.

"Saya Dok" ujar Kak Galen.

"Mari ikut saya" ajak Dokter tersebut.

Kak Galen pun mengikuti dokter tersebut. Sedangkan aku dan Oliv masuk ke ruang UGD, Orela masih belum sadar.

Saat kami keluar dari ruangan tersebut, ada Kak Galen di kursi tunggu. Oliv pun berinisiatif untuk menghampirinya.

"Kak, apa kata Dokter?" tanya Oliv hati-hati.

"Orela lumpuh untuk sementara waktu Liv" kata Kak Galen dengan wajah sedih.

"Kakak yang sabar ya" kata Oliv prihatin.

Aku pun ikut duduk di samping Kak Galen.

"Kak, ijinin aku buat tebus kesalahan aku ya. Aku bakal rawat Orela sampai sembuh dan semua biaya pengobatannya biar aku yang bayar." ujar ku.

"Iya, makasih" kata Kak Galen.

#

Hari ini aku izin gak sekolah, karena mau rawat Orela di rumah sakit. Orela masih belum sadar. Aku pun menunggu dia disamping nya. Sampai-sampai, aku ketiduran dengan posisi tangan ku menggenggam tangan nya.

Tiba-tiba, aku merasa ada gerakan dari tangan Orela. Aku pun refleks terbangun. Orela kemudian membuka matanya dan melihat ku dengan sinis.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Orela ketus.

Kemudian, Orela mencoba untuk bangun. Aku pun berinisiatif untuk membantunya, tapi Orela menolak.

"Jangan sentuh!" kata Orela.

Aku pun terdiam.

"Kaki ku!" Orela refleks berteriak setelah merasakan ada yang salah dengan kaki nya.

"La, sebelumnya aku minta maaf. Kemarin aku gak sengaja nabrak kamu." ucap ku berusaha menenangkan Orela.

"Jadi, kamu yang bikin aku lumpuh?" tanya Orela sambil meneriaki ku.

"Maafin aku La" ucap ku menyesal.

"Kamu pikir, kata maaf bisa bikin kaki aku normal lagi? Gak kan?" sindir Orela.

"Kamu boleh minta apa aja dari aku buat nebus semua kesalahan aku sama kamu" ujar ku pasrah.

Kemudian, Orela mengambil sebuah pisau dari piring buah.

"Kamu tusuk kaki kamu pake pisau ini. Biar kamu ngerasain apa yang aku rasain sekarang. Ayo ambil!" bentak Orela.

Tiba-tiba Oliv dan Kak Galen datang. Kak Galen pun langsung bergegas mengambil pisau dari tangan Orela.

"Kamu kenapa La?" tanya Kak Galen.

"Dia udah bikin kaki aku lumpuh Ka" ujar Orela sambil mengarahkan telunjuk nya ke arah ku.

"Orela! Kamu, dengerin kakak. Semua ini takdir. Kamu gak boleh nyalahin siapa pun, ngerti?" ujar Kak Galen.

"La, aku bakal tebus semua kesalahan ku. Please, ijinin aku buat rawat kamu sampai sembuh." ucap ku.

"La, bilang iya. Kakak gak pernah ngajarin kamu jadi orang pendendam." ujar Kak Galen.

"Iya" kata Orela dengan nada terpaksa.

"Makasih La" ujar ku sedikit lega.

Sejak saat itu, aku selalu nemenin Orela di rumah sakit. Walau pun sikapnya masih dingin ke aku.

#

Hari ini Orela diijinkan pulang oleh dokter yang merawat nya. Aku pun mengantarnya ke rumah sekaligus merawatnya. Setiap hari aku harus ke rumah Orela. Jemput dia sekolah, nemenin dia di sekolah, nganter dia pulang, ngerawat dia, dan ketika dia tertidur aku baru pulang ke rumah. Aku sih berharap hati dia bisa luluh dan sikap nya bisa berubah kepada ku. Walau pun aku tau itu sulit banget.

#

Saat diparkiran, aku dan Orela bertemu Oliv.

"La, aku mau ngomong sama kamu." ujar Oliv.

"Ngomong aja" kata Orela cuek.

"Sampai kapan sih kamu kayak gini terus? Inget ya La, selama ini Rean udah banyak berkorban buat kamu. Tapi apa tanggapan kamu? Kamu tetep aja dingin sama dia. Ternyata bukan kaki kamu aja yang cacat, tapi hati kamu juga." ujar Oliv gemas.

"Liv, kamu ngomong apaan sih?" ujar ku menegur Oliv.

"Kamu gak usah ikut campur Re. Ini urusan aku sama Orela." kata Oliv.

Aku pun terdiam.

"Aku gak pernah minta dia kok buat lakuin ini semua. Dia kan ya mau. Terus, terserah aku dong mau bersikap seperti apa. Kalo kamu emang gak suka, ya udah, suruh aja di berhenti ngerawat aku. Aku juga gak butuh dirawat sama dia!" kata Orela acuh dan kemudian bergegas pergi dengan kursi rodanya.

Aku pun langsung mengejar Orela. Tiba-tiba, ada sebuah sepeda motor menabrak ku. Aku pun terjatuh dan tak sadarkan diri.

#

Dengan mata masih tertutup, aku mendengar suara-suara di dekat ku.

"Sekarang kamu puas kan La? Ini kan yang kamu mau?" ujar Oliv.

"Liv, aku gak sejahat yang kamu pikir" kata Orela menyesal.

Aku pun perlahan-lahan membuka mata.

"Re, kamu udah sadar?" tanya Oliv.

"Aku di mana?" tanya ku.

"Kamu ada di rumah sakit. Kamu ketabrak motor Re, dan sekarang kaki kamu lumpuh." ujar Oliv menjelaskan.

Kemudian, aku melihat Orela di samping Oliv dengan wajah bersalah.

"Re, maafin aku" ujar Orela.

"Udah, gak ada yang perlu di maafin. Ini semua udah jadi takdir aku. Loh, kaki kamu, La?" ujar ku kaget ketika menyadari bahwa Orela sudah bisa berdiri tegak tanpa alat bantu apa pun.

"Kaki aku sembuh pas ngejar kamu kemaren. Saat kamu ketabrak motor." ujar Orela.

"Oh ya? Syukur deh kalo gitu. Oh ya Liv, kamu belum kasih tau Papa aku kan?" tanya ku khawatir.

"Belum" jawab Oliv singkat.

"Syukur deh. Kamu jangan kasih tau dia ya, aku gak mau dia kepikiran." pinta ku.

"Iya" kata Oliv.

#

Doa ku akhirnya terkabul. Sekarang Orela berubah. Sikap dia udah gak dingin lagi kepada ku. Dan sekarang, dia gantian ngerawat aku, seperti aku ngerawat dia dulu.

Kami sedang berjalan di taman rumah sakit.

"Re, maafin sikap aku selama ini ya" ujar Orela menyesal.

"Iya, gak papa kok. Udah lupain aja." ujar ku.

"Re, kenapa sih kamu baik banget sama aku selama ini? Padahal kan, aku selama ini selalu dingin sama kamu." tanya Orela.

"Karena aku. Aku udah lama banget pengen ngomong ini ke kamu. I want to say I love you, i'm very very love you. La, kamu mau kan jadi pacar aku?" aku akhirnya memberanikan diri menyatakan cinta pada Orela.

"Iya, aku mau" jawab Orela.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s