Langsung ke konten utama

Dilema

 

Dilema

“Huaaaa!!!!!”

Aku mengangkat kedua tangan ke udara sambil menghilangkan sisa kantuk. Aku bergegas turun dari kasur menuju ke kamar mandi.

Sepuluh menit, aku sudah rapi dengan almameter, kemudian memakai tas punggung kesayangan ku. Aku pun keluar, menemui kedua orang tua ku di meja makan.

“Anak Ayah sekarang sudah beranjak dewasa.” ucap Ayah.

“Iya dong. Anak Ayah yang satu ini kan sekarang udah 18 tahun.” ucap ku manja.

Ayah dan Ibu hanya tersenyum mendengarnya. Aku duduk di kursi dan langsung menyantap sarapan ku.

#

Ketika sarapan ku telah habis, aku beranjak dari kursi dan pamit pada Ibu dan Ayah.

“Ingat, belajar yang bener, bawa mobil hati-hati, dan selalu hati-hati sama orang asing, terutama laki-laki !” Ayah memperingati.

Aku pun mengambil sikap hormat di depan Ayah,

“Baik Ayah ku tersayang. Anakmu yang paling manis ini akan selalu ingat dan mematuhi setiap nasehat Ayahnya yang tersayang.”

Ayah dan Ibu tersenyum, kemudian aku pun pamit pada Ibu.

#

Oh ya, aku mau cerita tentang seseorang. Seseorang yang benar-benar menyita perhatian ku saat aku masih putih abu-abu. Dia sih gak satu sekolah sama aku, tapi aku sering banget ketemu dia di jalan.

Dia, menurut aku, dia adalah sesosok orang yang hampir sempurna. Dia ramah, suka nolong orang, dan memiliki wajah yang bisa dibilang ganteng.

Aku dari dulu cuma bisa mandang dia dari jauh dan tanpa dia sadari. Jujur, aku pengen banget sih bisa deket sama dia, ngobrol tentang segala hal. Pengen banget. Tapi, aku gak punya nyali, mungkin yang lebih tepat terlalu gengsi, mungkin.

Aku memilih kuliah di kampus ini juga karena aku tau dia ada di kampus ini. Yang bikin aku seneng banget sih pas terima kenyataan, ternyata tuh cowok jadi salah satu panitia ospek. Terus pas momen nulis surat cinta buat panitia, aku ungkapin aja semua isi hati aku ke dia. Momen yang pas bukan.

#

“Aduh.” aku meringis kesakitan tertabrak seseorang.

Tubuh ku terjatuh ke lantai dan buku ku juga terlempar.

Sorry, aku buru-buru. Maaf ya.“ kata orang yang nabrak aku dan dengan tidak bertanggung jawabnya ninggalin aku begitu aja.

Saat aku mencoba bangun, ada seseorang yang dengan baik hati mengambil buku ku yang terlempar ke lantai. Dengan senyuman manis, dia mengulurkan tangan kanan nya untuk membantuku berdiri. Aku pun menyambut uluran tangannya.

“Kamu gak papa? Ada yang sakit gak?” tanya orang tersebut.

Dengan tersenyum ke arahnya aku menggeleng pelan. Tapi, kaki ku rasanya terasa agak sakit. Aku pun menggigit bibir bawahku.

“Kamu yakin gak papa? Sepertinya kaki kamu sedikit bermasalah.” terka nya.

“Aku gak papa kok Kak. Sepertinya aku bisa jalan.” aku berusaha meyakinkannya, meskipun aku sendiri tidak yakin.

Dia menatapku dengan saksama.

“Kamu benar-benar yakin? Kamu pulang di jemput, atau sendiri?” tanya dia.

“Sendiri Kak” jawabku.

“Aku gak yakin kamu baik-baik aja. Kalo kamu gak keberatan, biar aku yang anter kamu pulang. Gimana?” tawar dia.

Aku pun menundukkan wajah ku.

“Aku gak enak jadi ngerepotin Kakak.” ucapku.

“Aku bakal gak tenang kalo biarin kamu pulang sendiri dengan keadaan seperti ini.” ucapnya.

#

Akhirnya dia pun mengantar aku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, langsung saja aku disambut dengan wajah panik Ayah dan Ibu.

“Kaki kamu kenapa Nak?” tanya Ayah dengan nada khawatir.

“Tadi jatuh di toilet Yah. Tapi gak papa kok, cuma sakit sedikit besok juga pasti sembuh. Oh iya Yah, Bu. Kenalin, ini Kak Rizky, dia yang tadi nolongin Cloudy dan repot-repot nganterin Cloudy pulang.“ ucap ku panjang lebar.

Kak Rizky mengulaskan sebuah senyuman ramah di bibirnya. Namun, raut wajah Ayah dan Ibu seperti tidak senang melihat Kak Rizky. Tapi, Kak Rizky tetap mempertahankan senyum nya.

“Om, Tante, kalo begitu saya pamit pulang dulu.” pamit Kak Rizky.

Raut wajah Ayah dan Ibu masih tak berubah, Kak Rizky akhirnya berpaling ke arah ku dan tersenyum. Aku pun membalas senyum nya dengan ramah sambil mengucapkan terima kasih. Kak Rizky pun akhirnya beranjak pergi.

#

Ayah dan Ibu membantu ku untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, aku pun duduk di sofa diikuti Ayah dan Ibu.

“Kamu yakin gak papa? Apa perlu kita ke rumah sakit ?” tanya Ayah cemas.

“Gak usah Ayah, kaki Cloudy cuma sakit sedikit kok.” kata ku berusaha meyakinkan.

Ada ruang waktu hening sejenak. Rasa penasaran sangat begitu mengusikku. Tatapan Ayah dan Ibu, Kak Rizky. Ada apa sebenarnya ?

“Cloudy” panggil Ayah.

Aku pun menatap Ayah.

“Kamu bisa penuhi permintaan Ayah untuk kali ini?” tanya Ayah serius.

Perasaan ku mulai tidak enak. Ayah menatap ku dengan penuh harap.

“Permintaan apa Ayah? Cloudy akan berusaha untuk memenuhinya.” jawabku dengan perasaan yang cukup ragu-ragu.

“Ayah minta, kamu jauhi laki-laki itu.” ucap Ayah dengan nada tegas yang terdengar seperti sebuah larangan, bukan permintaan.

Aku menatap Ayah dengan tatapan tidak percaya dan penuh tanda tanya.

“Maksud Ayah, laki-laki itu Kak Rizky?” tanya ku meyakinkan.

Ayah mengangguk dengan pasti. Perasaan ku masih belum bisa menerimanya, jiwaku cukup terguncang. Aku mengarahkan tatapan ku pada Ibu, namun Ibu memberikan isyarat agar aku memenuhi permintaan Ayah. Tak terasa, air mata mulai mengalir dari ujung mataku.

“Ayah, jujur, untuk kali ini, Cloudy tidak bisa memenuhi permintaan Ayah. Cloudy mencintai Kak Rizky, Yah.“ ucap ku dengan perasaan yang hancur dan kemudian beranjak pergi meninggalkan Ayah dan Ibu.

#

Aku mengunci diriku di kamar, aku sudah tidak peduli dengan rasa sakit di kaki ku. Karena rasa sakit di hatiku jauh lebih sakit saat ini. Mengingat tatapan Ayah yang sangat penuh amarah begitu melukai hatiku.

Baru kali ini aku melihat tatapan Ayah seperti itu. Baru kali ini aku melihatnya, dan begitu sangat menyakitkan. Ayah yang menatapku selalu dengan kelembutan dan kasih sayang, hari ini berubah menjadi sangat menyakitkan batinku. Dan lebih menyakitkan lagi, penyebabnya adalah orang yang juga aku cintai.

Apa yang terjadi sebenarnya ? Mengapa hal sepahit ini harus ku terima ?

#

Saat sarapan, meja makan sangat hening. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Ayah dan Ibu sama sekali mengacuhkan ku, mereka bahkan tidak memandang ku. Hati ku begitu lirih, air mata ku sudah berada di sudut mataku, namun sekuat tenaga ku tahan, agar tidak membasahi pipiku.

Saat aku selesai makan, aku berdiri menghampiri Ayah dan juga Ibu. Mereka sama sekali tidak mau menatap ke arah ku. Aku pun meraih tangan Ayah dan menciumnya, begitu juga dengan Ibu. Batin ku sangat teramat teriris.

“Ayah, Ibu, Cloudy pamit pergi kuliah.“ ucapku lirih.

Tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan Ayah dan Ibu. Aku pun melangkah dengan berat hati. Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya jatuh di pipi ku, namun segera ku seka dengan jemari ku.

#

Di dalam kelas, aku hanya terdiam memikirkan bagaimana cara ku untuk meminta maaf pada Ayah dan juga Ibu tanpa harus memenuhi permintaan Ayah untuk menjauhi Kak Rizky.

“Clou, kok diem aja sih. Kamu kenapa?” kata Dina tiba-tiba datang membuyarkan lamunan ku.

Tanpa basa-basi, aku refleks memeluknya dan menangis di dalam pelukan nya.

“Hey, apa yang terjadi? Kamu kenapa Clou? Cerita dong.” Dina berusaha menenangkan ku.

“Ayah, Ayah ku, Kak Rizky.“ ucap ku terpatah-patah.

Dina membelai lembut rambutku.

“Aku gak tau Din, aku gak tau apa yang harus aku lakukan. Aku gak tau.“ ucap ku sambil terus menangis.

Dina hanya diam dan mempererat pelukannya padaku. Dia membiarkan ku menangis meluapkan rasa sakit yang masih begitu menyakitkan di dalam hatiku.

Saat ku mulai tenang, aku melepaskan pelukan ku dari Dina. Dina menyeka sisa-sisa air mata yang masih ada di pipi ku. Dia memberikan seulas senyuman padaku.

“Clou, seberat apa pun masalah yang kamu hadapi, Tuhan pasti menyediakan jalan keluarnya. Kamu harus yakin itu. Sekarang, coba kamu pelan-pelan cerita sama aku, apa yang terjadi sebenarnya? “ kata Dina.

Aku menarik napas perlahan dan menghembuskan nya. Aku kemudian menceritakan semua yang terjadi kemarin pada Dina secara detail. Dina begitu sabar mendengarkan ku.

Setelah aku selesai menceritakan semuanya, Dina kembali memberikan seulas senyuman padaku. Kemudian, dia meraih tangan kanan ku dan menggenggam nya dengan erat.

“Clou, kalo boleh aku kasih kamu saran, mungkin saran aku ini akan menyakitkan, tapi aku yakin inilah jalan keluar yang paling terbaik. Saran aku, kamu harus memenuhi permintaan Ayah kamu.” kata Dina.

Aku menatap Dina dengan tatapan tidak percaya.

“Clou, orang tua kamu lebih dari segalanya, dan mereka juga menyayangimu lebih dari apa pun di dunia ini. Kalo mereka meminta kamu menjauhi Kak Rizky, itu berarti mereka bukannya ingin menyakitimu, tapi karena mereka sangat menyayangimu dan ingin melindungimu. Mungkin awalnya akan sangat menyakitkan, tapi suatu saat kamu akan mengerti apa tujuan mereka. Dan itu pasti yang terbaik untukmu.“ kata Dina berusaha meyakinkan ku.

Dina menatap ku dengan tatapan meyakinkan, sedangkan aku masih dilanda kebingungan.

“Din, tapi ini menyakitkan. Emang gak ada solusi lain?” tanya ku pada Dina.

Dina terdiam.

“Pasti ada cara lain kan Din? Tanpa aku harus menjauhi Kak Rizky. Kamu juga tau kalo aku cinta banget sama Kak Rizky.” ucap ku.

Dina masih menatap ku.

“Apa kamu yakin, kalo Kak Rizky juga mencintaimu? Dia sama sekali gak cinta Clou sama kamu, lupain dia, seperti permintaan Ayah kamu.” kata Dina berargumen.

“Kalo dia gak cinta sama aku, buat apa dia bantuin aku kemaren? Dan buat apa dia nganter aku pulang? Dan kenapa juga dia gak marah saat mendapat tatapan kebencian dari Ayah dan juga Ibuku? Kenapa Din? Aku yakin dia pasti mencintai ku. Aku yakin itu Din.” ucap ku yakin.

“Clou, kamu udah buta karena cintamu sendiri. Semua cowok juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo ngeliat loe dalam keadaan seperti itu.” kata Dina.

“Apa yang dikatakan teman kamu benar Cloudy.”

Aku dan Dina menoleh ke arah sumber suara. Aku dan Dina menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Kak Rizky berdiri di hadapan aku dan Dina. Kak Rizky menatap ku dengan tajam.

“Aku sama sekali tidak mencintaimu, dan sebaiknya kamu memenuhi permintaan Ayahmu untuk menjauhi ku. Mulai dari detik ini, belajarlah untuk melupakan aku, hapuslah aku dari hati, pikiran, dan juga hidupmu. Anggap aku tidak pernah ada. Buanglah rasa cintamu kepadaku sejauh mungkin yang kamu bisa. Aku tidak mencintaimu Cloudy, aku tidak mencintaimu.” ucap Kak  Rizky dan kemudian beranjak pergi dari hadapanku.

Aku pun menjatuhkan diriku ke lantai dan meluapkan semua sakit hatiku dengan menangis. Dina hanya bisa memeluk ku dengan erat.

#

Dina mengantar ku pulang ke rumah, karena aku yang memintanya. Dengan mata yang bengkak, aku memasuki rumah dan langsung menuju kamar Ayah dan Ibu. Mereka masih tetap mengacuhkan ku. Aku pun mendekat pada mereka dan menatap mereka dengan perasaan ku yang masih begitu teramat hancur.

“Ayah, Ibu, hari ini aku memutuskan untuk memenuhi permintaan Ayah untuk menjauhi Kak Rizky.” ucapku lirih.

Ayah dan Ibu menatap ku dengan tatapan tidak percaya, mereka kemudian tersenyum bahagia dan langsung memeluk ku. Aku hanya terdiam.

“Ayah, Ibu, Cloudy mau ke kamar.” ucap ku datar.

Ayah dan Ibu kemudian melepaskan pelukan nya padaku, aku pun pergi ke kamar ku.

#

Aku melangkah dengan berat memasuki kamar ku, aku duduk di tepi ranjang dengan tatapan yang kosong. Saat aku menatap ke luar jendela, ada rembulan yang bersinar begitu terangnya.

Aku kemudian segera berjalan ke arah jendela dan menutupnya dengan rapat, juga menarik tirai untuk menutupi cahaya yang masuk, agar sinar rembulan tersebut tidak dapat ku lihat lagi.

Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur dan menangis sekuat mungkin. Aku ingin marah, tapi pada siapa aku harus marah? Saat ini aku hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Hingga aku kemudian membuat sumpah pada diriku sendiri.

“Aku bersumpah, aku tidak akan, dan tidak akan pernah untuk melihat wajahnya lagi. Dan air mata ini, air mata ini tidak akan ku keluarkan untuk menangisinya lagi. AKU BERSUMPAH”

#

Seperti biasanya, aku menghampiri meja makan. Namun, untuk kali ini aku sama sekali tidak tertarik untuk sarapan. Ayah dan Ibu menyambut ku dengan senyuman hangat. Namun, wajah ku masih saja murung.

“Sayang, ayo sarapan. Ibu udah masakin nasi goreng seafood kesukaan kamu.” sapa Ibu.

Namun, aku langsung saja menyalam tangan Ayah dan juga Ibu.

“Maaf Bu, hari ini Cloudy ada kuliah pagi dan harus cepat-cepat pergi ke kampus.” ucap ku.

Ayah dan Ibu memaksakan seulas senyum di wajah mereka. Namun, aku tetap berjalan keluar rumah.

Entah lah, apa yang telah terjadi dalam hidupku saat ini. Aku seperti tidak punya tujuan, hidupku seperti hampa. Aku seperti merasa asing dengan hidupku sendiri. Entah sampai kapan aku akan seperti ini.

#

Sesampainya di kampus aku berjalan dengan tatapan kosong. Aku sekilas melihat tatapan aneh dari orang-orang yang ku lewati, namun ku acuh kan saja. Saat masuk ke kelas pun, aku hanya diam dan membuka buku. Namun, sama sekali tidak ku baca.

Aku masih sibuk dengan pikiran kosong ku hingga suara Dina membuat ku ter sadar.

“Clou, are you okay?” tanya Dina prihatin.

Please leave me alone, I don’t want to talk with anyone.” ucap ku datar.

Dina pun beranjak pergi dariku.

#

 Dina merasa tidak tenang dengan keadaan Cloudy saat ini. Dia berpikir keras bagaimana cara untuk mengembalikan keadaan Cloudy seperti sedia kala.

Tiba-tiba Kak Rizky melintas di hadapannya. Entah kenapa dia merasa Kak Rizky dapat menjadi solusi untuk Cloudy. Dina pun memanggilnya, dan Kak Rizky pun duduk di hadapan Dina.

“Kak, aku tau Kakak gak cinta sama Cloudy. Tapi aku mohon untuk kali ini aja Kak, Kakak ngomong ya sama Cloudy. Bujuk dia. Please. Sekarang tuh Cloudy jadi pendiam, dan orang tuanya juga bilang kalo Cloudy dari kemarin gak mau makan. Kakak mau kan tolongin aku. Please Kak.” kata Dina memohon.

Kak Rizky diam sejenak untuk berpikir.

“Din, kamu sepertinya meminta tolong pada orang yang salah. Aku udah memintanya untuk menjauhi ku. Aku gak mungkin tiba-tiba datang ke hadapannya.” kata Kak Rizky.

Dina pun merasa putus asa dan menangis di hadapan Kak Rizky.

“Lalu bagaimana Kak, bagaimana caranya untuk mengembalikan Cloudy seperti dulu? Aku gak tau Kak harus bagaimana.“ ucap Dina putus asa.

“Keadaan ini memang cukup rumit, aku kira kemarin dengan mengembalikan Cloudy ke keluarganya akan menjadikan keadaan membaik dan kembali seperti semua. Tapi yang terjadi, Cloudy malah menyiksa dirinya sendiri.” kata Kak Rizky menyesal.

#

Saat kuliah telah usai, aku pun berjalan keluar dari kelas dan menuju parkiran mobil. Aku kemudian pergi ke sebuah café yang cukup jauh dari rumah dan kampus.

Aku tau hati dan pikiran ku saat ini sedang hancur. Tapi aku juga gak mau mati konyol karena kelaparan. Aku memesan nasi goreng dan teh hangat. Masih dengan tatapan kosong, aku menyantap makanan di hadapanku.

Setelah selesai makan, aku pun menjalankan mobil ku ke arah berlawanan dengan jalan menuju rumah. Aku terus saja menjalankan mobil menyelusuri jalanan di hadapanku.

Saat aku melihat ada tempat yang cukup sepi, aku pun menghentikan mobil. Aku keluar dari mobil dan berjalan menuju ke tepi kolam. Tadinya aku berpikir untuk terjun ke kolam ini, tapi percuma saja. Kolam ini dangkal dan kotor. Dan aku berpikir ulang, buat apa aku bunuh diri. Konyol.

Aku pun duduk di tepi kolam tersebut dan melempar batu kerikil yang ada di sekitar ku. Coba saja rasa sakit ini juga bisa ku lempar, pasti akan sangat melegakan.

“Sudah cukup puas menyiksa diri sendiri?”

Terdengar suara dari samping kanan ku. Tanpa menoleh, aku tau siapa dia. Dan tanpa basa-basi aku pun bergegas berdiri. Namun, dia menahan tangan kanan ku.

“Lepaskan tangan loe dari tangan gue!” bentak ku.

Namun, dia tidak menghiraukan kata-kataku dan kemudian berdiri, lalu menatap ku dengan tajam.

“Sampai kapan kamu akan seperti ini?” tanya Kak Rizky.

“Itu bukan urusan loe!” bentak ku kasar.

Aku berusaha melepaskan genggaman tangannya dari tanganku, tapi dia malah mempererat genggaman tangannya.

“Sekuat apa pun kamu untuk melepaskan genggaman ini, tidak akan pernah berhasil jika kamu lemah. Sama seperti kamu mencoba untuk lari dari kenyataan hidup yang kamu hadapi saat ini.” ucap Kak Rizky.

Aku masih saja berusaha untuk melepaskan tanganku. Dan akhirnya aku pun menginjak kaki kanannya, dan genggaman tangannya pun terlepas dari tanganku.

“Gue gak selemah yang loe pikir. Dan tanamkan baik-baik dalam otak loe, untuk tidak pernah menampakkan wajah loe di hadapan gue. UNTUK SELAMANYA!” bentak ku dengan amarah yang membara.

Aku pun beranjak pergi meninggalkannya.

“Kalo kamu tetap menyiksa diri karena aku, aku rela untuk menjadi pacarmu.” kata Kak Rizky.

Aku pun menghentikan langkah ku.

“Gue gak butuh loe kasihani. Gue bisa dan sanggup buat nyelesain masalah gue sendiri. Gue cuma butuh waktu buat mutusin apakah gue akan menjadi Cloudy yang dulu atau menjadi Cloudy yang baru yang akan lebih kuat dan acuh pada siapa pun. Dan tidak akan mengenal apa itu cinta.” ucap ku tanpa menatapnya.

Aku membuka pintu mobil dan langsung saja tancap gas kembali ke rumah.

#

Ibu mengetuk pintu kamar ku sambil memanggil-manggil ku. Namun, aku hanya diam dan mengacuhkan nya.

“Cloudy sayang, buka pintunya dong sayang. Oh ya, kamu pasti belum makan kan? Malam ini, Ayah ngajak kita buat makan di restoran favorit kamu. Ayo sayang kita pergi Nak!” bujuk Ibu.

Aku pun berjalan menuju pintu.

“Cloudy gak lapar Bu. Ibu pergi saja berdua dengan Ayah. Cloudy lagi pengen sendiri, tolong tinggalkan Cloudy.” ucap ku dari balik pintu kamar.

Terdengar suara isak tangis Ibu, namun Ayah berusaha untuk menenangkan nya.

Semua udah terlambat Bu, Ayah. Hati dan jiwaku udah terlalu hancur. Dan kini mungkin hatiku sudah mengeras seperti batu.

#

“Nak Rizky, tolong kembalikan Cloudy seperti dulu. Tante mohon dengan sangat. Tante sangat amat tersiksa dengan kondisi Cloudy seperti ini. Tante merindukan Cloudy yang dulu, Cloudy yang ceria dan manja.“ Ibu menghubungi Kak Rizky melalui telepon.

“Maafin Rizky, Tante. Ini semua emang salah Rizky. Rizky janji akan mengembalikan Cloudy seperti dulu. Rizky janji Tante.” janji Kak Rizky.

Ibu kemudian menutup telepon dan memeluk Ayah.

“Cloudy, Yah. Ibu takut Cloudy akan melakukan hal-hal yang lebih nekat.“ kata Ibu sambil menangis.

“Hussttt, kita berdoa saja yang terbaik untuk Cloudy. Ibu jangan berpikiran yang tidak-tidak.” kata Ayah berusaha menenangkan Ibu.

#

“Kamu pasti belum sarapan” kata Kak Rizky tiba-tiba muncul di hadapan ku dengan sekotak nasi goreng.

Aku kemudian menepis kotak tersebut hingga jatuh berserakan.

“Gue masih mampu buat beli makanan, dan gue gak butuh belas kasih dari loe.” ucap ku dan kemudian beranjak pergi darinya.

#

Di dalam kelas, Dina berusaha mengajak ku berbicara.

“Clou, aku pengen ngomong sama kamu. Please dong, untuk kali ini kamu dengerin aku.” bujuk Dina.

“Gue gak mau ngomong sama loe, ngerti?” bentak ku.

Dina pun akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan ku.

#

Saat keluar dari kelas, ada seseorang yang menghampiri ku.

“Clou, Pak Raka nyuruh kamu ke ruangan nya. Ada hal penting katanya.” kata orang tersebut.

Ok thanks.” ucap ku padanya.

Aku pun langsung menuju ruangan Pak Raka. Sesampainya di sana, aku langsung dipersilakan masuk. Saat aku masuk, Pak Raka duduk membelakangi ku. Dan saat beliau memutar posisi duduknya. Sebenarnya aku ingin segera pergi dari ruangan tersebut, namun ada yang ingin aku katakan pada orang yang ada di hadapanku ini.

“Biasanya kamu langsung pergi saat melihat ku.” kata Kak Rizky.

“Ada yang pengen gue omongin sama loe.” kata ku.

“Wah, kebetulan. Aku juga pengen ngomong sesuatu sama kamu.” kata Kak Rizky.

“Gue muak sama loe! Mau loe itu apa sebenernya? Loe nyuruh gue jauhin loe dan sekarang loe malah berusaha buat selalu muncul di hadapan gue. Maksud loe apa?” bentak ku.

Kak Rizky memberikan seulas senyum padaku.

“Clou, aku emang minta kamu buat jauhin aku. Tapi aku gak minta kamu untuk menjauhi semua orang, termasuk orang tua kamu sendiri.” kata Kak Rizky.

“Itu bukan urusan loe.” ucap ku.

“Sekarang, aku mau nanya, bagaimana caranya agar kamu kembali seperti dulu? Apa pun permintaan kamu akan aku penuhi. Kamu mau jadi pacar aku, aku akan penuhi. Kamu mau tampar aku, silakan. Kamu mau mencaci-maki aku, aku terima.” kata Kak Rizky.

“Itu bukan urusan loe! Gue mau kembali seperti dulu, atau selamanya akan seperti ini. Ini hidup gue. Dan gue tau apa yang terbaik buat hidup gue.” kata ku.

“Ini emang bukan urusan ku. Tapi ini menjadi masalah buat orang tua, dan orang-orang terdekat kamu! Bisa gak, kamu hilangin sifat egois kamu itu?” bentak Kak Rizku.

“Gue? Egois? Kalo gue egois, terus selama ini loe apa? Nyokap, Bokap gue apa? Kalian seenaknya aja ngontrol perasaan gue, nyuruh gue ngelakuin hal-hal yang bertentangan dengan hati gue. Loe gak akan pernah tau rasa sakitnya gue, hancurnya hati gue kayak gimana, dan rusaknya hidup gue. Gue benci sama loe!” ucap ku setengah berteriak dan kemudian beranjak pergi darinya.

Kak Rizky berusaha mengejar ku dan kemudian memeluk ku dengan paksa. Namun, aku berhasil melepaskan diri dari pelukan nya.

#

Aku duduk di tepi kolam, menangis sekuat-kuatnya sambil melempar kerikil-kerikil ke tengah kolam dengan kasar.

“Gue benci sama loe, gue benci sama loe, gue benci! Gue benci hidup gue, gue muak. Hiks, hiks, hiks.“ kata ku sambil berteriak diiring isak tangis.

Aku sama sekali tidak beranjak dari tempat ini hingga matahari tenggelam dan kemudian terbit kembali. Mataku tidak henti-hentinya menangis hingga bengkak. Aku sama sekali tidak memperdulikannya.

Tiba-tiba, seseorang memeluk ku dari belakang dan menangis.

“Clou. Kak Rizky. Hiks, hiks, hiks.“ ucap Dina

“Jangan sebut nama dia Din.” pinta ku.

“Tapi, saat ini kamu harus mendengar namanya. Kak Rizky, Kak Rizky pergi Clou. Dia pergi.“ kata Dina masih sambil menangis.

“Biarkan Din, aku memang yang memintanya untuk pergi.” kata ku.

“Dia pergi untuk selamanya Clou, Kak Rizky meninggal.“ kata Dina dengan intonasi lebih tinggi.

Seketika aku membeku. Dina memutar badan ku hingga berhadapan dengannya.

“Clou, kali ini kamu harus dengerin aku. Kak Rizky. Kak Rizky selama ini sangat mencintai kamu. Dia mencintai kamu melebihi apa pun. Dia selama ini selalu memperhatikan kamu Clou. Tapi, tapi dia tidak ingin membuat mu sedih. Dia menderita gagal jantung Clou. Selama ini Ayah dan Ibu kamu gak jahat Clou, sama sekali enggak. Kak Rizky, Kak Rizky meminta mereka untuk melarang kamu untuk mendekatinya. Kak Rizky cuma gak mau orang yang dia sayang terluka saat dia pergi. Dia mau orang yang dia sayang bisa bahagia, meskipun bukan bersamanya. Tapi, tapi ternyata semua malah di luar dugaan. Kamu malah menyiksa diri dengan menjadi orang yang pendiam, sinis, dan gak mau makan. Kak Rizky sangat merasa bersalah Clou, dan dia juga sangat menyesal belum bisa mengembalikan kamu seperti dulu sebelum dia pergi.“ kata Dina menjelaskan.

Dina kembali memeluk ku. Air mata pun kembali perlahan membasahi mataku.

#

Aku dan Dina duduk berdampingan di tepi kolam. Dina merogoh tasnya dan memberikan aku sebuah kotak berhias pita.

“Ini dari Kak Rizky.” kata Dina.

Aku pun mengambilnya dan membuka kotak tersebut. Di dalamnya ada sebuah boneka Doraemon dengan baju berwarna putih dan memakai sayap. Terdapat sepucuk surat di bawahnya.

Dear Cloudy

Cloudy, mungkin saat kamu membaca surat ini, kita tidak akan pernah bisa menatap seperti dulu lagi. Aku minta maaf, aku sungguh menyesal dengan semua rencana bodoh itu. Kamu mau kan memaafkan aku, Cloudy?

Mungkin Dina sudah menceritakan semuanya kepadamu. Aku gak tau Cloudy, harus mengatakan apalagi kepadamu. Sesungguhnya. aku sangat ingin ngobrol sama kamu lebih lama. Aku juga sangat ingin memelukmu lebih lama lagi.

Tapi aku mungkin terlalu egois untuk itu. Kamu benar Clou, aku egois, sangat egois. Clou, andai Tuhan memberi ku waktu lebih lama, aku pasti akan menebus semua kesalahan ku padamu.

Clou, sepertinya waktu ku hanya tinggal sebentar lagi. Aku punya satu permintaan Clou, jika kamu memperbolehkan aku untuk mengajukannya. Aku ingin kamu kembali Clou, kembali menjadi Cloudy yang ceria, Cloudy yang ramah, Cloudy yang baik hati. Aku mohon untuk itu Clou.

Clou, ada yang ingin aku katakan yang selama ini sangat ingin aku katakan dan aku sangat tersiksa saat aku harus berbohong tentang hal ini. Aku mencintaimu Cloudy, sangat mencintaimu. Mungkin ini terlambat, tapi inilah perasaan ku yang sesungguhnya. Saat aku pergi, aku titip cinta ini ya Clou. Aku mencintaimu Cloudy. Kamu selalu dan akan selalu menjadi pemilik hatiku.

 

Rizky

 

Aku menangis dengan tidak terkendali. Dina memeluk ku dengan erat. Aku juga mencintaimu Kak. Hiks, hiks.

#

Aku dan juga Dina saat ini berada tepat di depan makam Kak Rizky. Aku masih tidak percaya dengan kenyataan yang saat ini ku hadapi. Luka di hatiku mungkin berangsur sembuh. Tetapi, beban hati ini terasa sangat berat untuk kehilangan orang yang sangat aku cintai untuk selamanya.

Aku membelai batu nisan tersebut.

‘Di depan makam mu ini Kak, aku berjanji akan memenuhi semua permintaan terakhir mu. Dan aku juga ingin kamu membawa cinta ku yang selalu ku persembahkan untukmu ke alam sana.

Tidak ada se detik pun waktu dari dulu hingga kini untuk aku melupakan mu apalagi membencimu. Setiap detik di hidupku selalu ada cinta untukmu. Selamat jalan Kak. Selamat bertemu di alam keabadian. I love you.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s