Langsung ke konten utama

Mak Comblang

Mak Comblang

Hi! Aku Kalea, siswi kelas 2 SMK. Entah kenapa ya? Semenjak aku masuk SMK, temen-temen aku suka banget minta tolong buat nyomblangin mereka. Dari minta anterin surat lah, ngasih bunga lah, kado lah, aduh banyak deh. Kesel sih, tapi seru juga. Nah, karena hal itu lah, aku jadi punya julukan 'Mak Comblang', gak banget deh. Haha.

Hal yang paling menyedihkan bagi aku adalah aku gak punya pacar. Sebenernya sih ada aja yang suka sama aku, tapi aku nya ilfeel, mendingan enggak deh. Yah, karena itulah, sekarang aku ngejomblo.

#

"Leeeaaa!" panggil Mama.

Aku pun bergegas menuruni tangga setelah keluar dari kamar.

"Pagi Mama" sapa ku riang.

"Cepet sarapan! Udah jam berapa nih?" ujar Mama.

"Ok Bos! Ma, hari ini pulang jam berapa?" tanya ku.

"Kayak nya agak malem deh sayang" jawab Mama.

"Oh, ya udah" ucap ku.

"Emang kenapa?" tanya Mama.

"Gak papa, nanya aja" jawab ku.

Mama adalah seorang single parent, jadi dia yang menjadi tulang punggung keluarga. Mama bekerja sebagai pengacara. Yah, yang pasti selalu nyita banyak waktu nya.

Kadang sih aku kasian banget sama Mama, karena dia harus menjadi Mama sekaligus Papa buat aku. Tapi, Mama adalah wanita yang hebat, dia gak pernah ngeluh. Walau pun aku tau, dia pasti capek.

Oh iya, makanan aku udah habis. Waktunya berangkat sekolah.

"Ma, Lea pamit ya" ujar ku sambil menyalam tangan Mama.

"Iya sayang. Jangan nakal ya!" ujar Mama.

"Ok ma. Assalamualaikum." aku mengucap salam.

"Walaikumsalam" jawab Mama.

Kemudian, aku pun langsung menuju mobil mini cooper hitam milik ku.

#

"Akhirnya kamu dateng juga Le" kata Muthi.

"Emang kenapa?" tanya ku heran.

"Hehe. Biasa. Aku mau minta tolong sama kamu, ngasih surat sama, kamu tau kan aku suka sama siapa." ujar Muthi malu-malu.

"Yes, i know. Bakso satu ya." ujar ku.

"Beres. Nih suratnya." kata Muthi sambil menyodorkan surat yang terbungkus amplop berwarna biru muda.

Aku pun mengambil surat itu dan menyimpan nya di saku seragam.

#

Reza tiba-tiba mendekat ke meja ku.

"Le" panggil Reza.

"Apa?" tanya ku.

"Tolong kasih bunga ini ke Zizi dong, Le" pinta nya.

"Hmm, sini! Coklat chunkybar 2 ya?" ujar ku.

"Nih" kata Reza sambil menyerahkan hal yang aku sebutkan tadi.

"Wow, thanks." ucap ku riang.

Haha. Pagi-pagi udah dapet tugas aja aku.

#

Bel istirahat berbunyi.

Aku kemudian bergegas keluar dan melaksanakan tugas ku, yakni menyerahkan surat dan bunga kepada orang yang dimaksud. Setelah selesai, aku ke kantin deh, nagih upah sama Muthi.

#

Bel pulang sekolah berbunyi, Aarlyn sahabat ku tiba-tiba menghampiri ku.

"Kalea" panggil Aarlyn.

"Ada apa Lyn?" tanya ku.

"Hmm, aku mau minta tolong sama kamu" ujar nya.

"Minta tolong? Jangan bilang kamu lagi jatuh cinta sama cowok!" tebak ku.

Aarlyn tersipu malu.

"Ya ampun Lyn, siapa cowok beruntung itu?" tanya ku antusias.

"Nama nya Ragla, kelas 2 Sastra C" kata Aarlyn.

"Kayaknya aku baru denger namanya, tapi tenang aja, aku pasti bantuin kamu sampe jadian" janji ku.

"Thanks Le" kata Aarlyn riang.

"Ok. Aku pulang dulu ya." ujar ku.

Aarlyn mengangguk dan aku pun bergegas menuju parkiran.

Saat aku mau menghampiri mobil milik ku, mobil di dekat ku tiba-tiba mundur dan terkena badan ku.

"Aww!" ucap ku meringis karena terjatuh dan kaki serta lengan ku terluka.

Cowok di dalam mobil tersebut turun dan menghampiri ku.

"Sorry, aku gak sengaja" ujar nya.

"Makanya, jalanin mobil tuh liat-liat kaca spion!" hardik ku.

"Sorry, kamu gak papa?" tanya dia.

"Gak papa apanya? Lecet nih badan aku." ujar ku sambil memperlihatkan beberapa luka yang ada pada kaki dan lengan ku.

"Sorry" ucap nya lagi dengan nada penuh penyesalan.

Dia kemudian mengulurkan tangan untuk membantu ku berdiri. Namun, aku tak menghiraukan nya.

"Gak perlu! Aku bisa sendiri kok." ujar ku.

"Aku anterin kamu pulang ya?" dia menawarkan.

"Aku bawa mobil kok" tolak ku.

"Kalo gitu, aku obatin luka kamu ya? Bentar doang. Aku bawa kotak P3K  di mobil." ujar nya.

Aku pun mengikutinya ke dalam mobil, di dalam mobil dia mengobati luka-luka ku dengan hati-hati. Setelah selesai,

"Udah selesai nih" ujar nya.

"Ya udah, aku pulang ya, thanks" ucap ku.

Dia membalas nya dengan senyuman dan aku pun bergegas keluar dari mobil nya, lalu masuk ke dalam mobil ku.

Masih agak perih sih nih luka, tapi agak mendingan lah. Aku pun menjalankan mobil. Sesampainya di rumah, aku menghempaskan badan ke kasur dan tertidur pulas.

#

"Hi Lyn!" sapa ku pada Aarlyn ketika masuk kelas.

"Hi Le! Lho? Tangan kamu kenapa?" tanya Aarlyn.

"Kemaren ada cowok rese yang nabrak aku di parkiran" jawab ku dengan nada masih kesal saat mengingat kejadian tersebut.

"Ya ampun! Tapi luka nya gak parah kan?" tanya Aarlyn khawatir.

"Gak sih. Cuma lecet doang." ujar ku.

"Syukur deh." kata Aarlyn lega.

"Oh ya Lyn, aku ke toilet bentar ya" ujar ku.

"Hmm, pagi-pagi kamu udah ke toilet aja" ejek Aarlyn.

"Hehe" aku hanya tertawa menanggapi ejekan Aarlyn.

Kemudian, aku pun bergegas menuju toilet.

#

Saat keluar dari toilet,

"Gubrakkkk"

Aku gak sengaja tabrakan sama seseorang. Aku dan dia sama-sama terjatuh.

"Aww! Ya Tuhan, luka ku satu aja belum sembuh, nambah luka lagi!" ucap ku setengah berteriak sambil meringis kesakitan.

Ketika aku melihat wajah orang yang menabrak ku,

"Kamu!" ujar ku terkejut sekaligus kesal.

"Kok kamu lagi?" ujar nya heran.

"Hmm, ya Tuhan, kenapa aku harus ketemu kamu lagi? Kamu gak capek-capeknya ya, buat aku celaka." aku mengomelinya.

"Sorry, aku kan gak sengaja" ucap nya sambil berdiri dan mengulurkan tangan nya kepada ku.

"Gak usah! Aku masih bisa berdiri kok." tolak ku.

"Badan kamu lecet lagi?" tanya dia.

"Udah deh, mendingan kamu jauh-jauh dari aku. Lama-lama badan aku ancur semua gara-gara kamu." ujar ku dengan nada tinggi.

"Kan aku udah bilang sorry" ujar nya pelan.

Namun, aku tak menghiraukan ucapan nya dan langung beranjak pergi.

#

"Le" panggil Aarlyn.

"Ada apa Lyn?" tanya ku.

"Soal kemaren gimana?" tanya Aarlyn balik.

"Ya ampun, hampir aja aku lupa. Entar pas istirahat aku cari deh orang nya." ujar ku.

"Le, kalo dia gak suka sama aku gimana?" tanya Aarlyn dengan nada khawatir.

"Berani dia nolak kamu? Aku hajar dia." ujar ku sambil mengepalkan tangan.

"Ikh, jangan dong Le! Kan kasian." kata Aarlyn.

"Kamu mah kebanyakan kasian sama orang" ejek ku.

"Ya bukan gitu Le, masalahnya kan ini lain. Ini masalah hati Le, gak bisa dipaksain." kata Aarlyn.

"Iya, iya, aku tau" ucap ku.

#

Aku sekarang berada tepat di depan kelas 2 Sastra C. Aku kemudian memanggil salah satu orang yang aku kenal di kelas tersebut.

"Aaric!" panggil ku.

"Eh, si Mak Comblang. Ngapain kamu ke sini? Ada cewek yang nitip surat ke aku ya?" tanya Aaric.

"Dih, geer kamu! Eh, kamu kenal sama yang nama nya Ragla gak?" tanya ku to do point.

"Ragla? Tuh yang duduk di pojok. Kenapa? Kamu suka sama dia? Hati-hati, banyak saingan!" kata Aaric memperingatkan.

"Dia? Serius aja kamu?" tanya ku

"eh neng, yang namanya Ragla dikelas gue cuma satu noh, yang dipojokan ye. emang nya kenapa sih?"

"ha? gak papa. thank ya ric, gue balik ke kelas dulu"

"oke :)"

gue kembali ke kelas dan menemui Aarlyn.

"gimana le?"

"Lyn, nama cowok yang lo suka bener-bener Ragla, lo salah nama kali"

"enggak koq, nama nya emang Ragla, kenapa emang?"

"serius lo?"

"serius. ada apa sih le?"

"tuh cowok yang udah 2 kali buat gue celaka, sumpah lyn gue gak mau deket-deket dia, sory gue gak bisa bantu lo"

"heh :/ yah le :("

"sory :("

Aarlyn tampak kecewa dengan kata-kata gue. dan secara tiba-tiba gue menemukan sebuah ide.

"Lyn, aku dapet ide" ujar ku dengan mata berbinar.

"Ide?" tanya Aarly.

"Aku bakal bantu kamu buat jadian sama Ragla, tapi dibantu sama Aaric ya?" ujar ku menjelaskan ide yang terlintas di kepala ku.

"Hmm, emang dia mau?" tanya Aarlyn.

"Tenang. Itu urusan aku." ujar ku.

"Oke deh. Thanks ya, Le." kata Aarlyn sendang.

Aarlyn kemudian memeluk ku.

#

Ketika pulang sekolah, aku mencari Aaric di kelas nya. Ketika sudah menemukan nya,

"Ada apa Le?" tanya Aaric.

"Aku mau ngomong sama kamu bentar" ujar ku.

"Ya udah ngomong aja" kata Aaric.

"Gak di sini odong. Ikut aku ke cafe sebelah." ajak ku.

"Traktir ya" pinta Aaric.

"Beres" ujar ku.

Aku dan Aaric kemudian pergi ke cafe sebelah sekolah kami.

"Ric, kamu mau bantu aku gak? Harus mau!" ujar ku.

"Ini mah namanya pemaksaan. Ya udah, bantu apa?" tanya Aaric.

"Kamu tau Aarlyn kan?" tanya ku.

"Tau" jawab Aaric.

"Kamu tau Ragla kan?" tanya ku lagi.

"Ha! Aku ngerti sekarang. Kamu mau minta tolong aku buat jadian sama Aarlyn, terus deketin kamu sama Ragla. Iya kan?" tebak Aaric.

"Bukan dodol!" ejek ku.

"Terus?" tanya Aaric.

"Si Aarlyn suka sama Ragla, dan aku mau kamu bantuin mereka gimana pun caranya biar bisa deket. Ngerti?" pinta ku.

"Hah? Aku? Itu kan biasanya kerjaan kamu. Kenapa gak kamu aja sih yang nyomblangin mereka?" protes Aaric.

"Aku ogah deket-deket si Ragla, tuh anak selalu buat aku celaka" ujar ku memberi alasan.

"Ya udah, aku mau. Tapi ada imbalan nya kan?" tanya Aaric.

"Itu mah bisa diatur" ujar ku.

"Beres" kata Aaric setuju.

Sejak saat itu, tugas buat nyomblangin Aarlyn dan Ragla aku serahin sama Aaric. Dan sejak itu juga, aku selalu menghindar dari Ragla. Pokoknya jauh-jauh deh sama tuh anak.

#

Ponsel ku tiba-tiba berdering. Ada pesan dari nomor gak dikenal.

Sender: +627898xxxx

Hi!

Kamu Kalea kan?

Kenalin nama aku Zian.

Aku mau kenalan sama kamu, boleh kan?

"Gaje banget sih nih orang" ujar ku heran ketika membaca pesan dari nomor tersebut.

Aku kemudian langsung menghapus pesan tersebut. Namun, tiba-tiba ponsel ku berdering lagi.

"Nomor ini lagi? Siapa sih nih orang?" ucap ku kesal karena merasa diteror oleh nomor tersebut.

Kemudian, aku pun menjawab panggilan tersebut.

"Halo. Kamu siapa sih? Jangan ganggu aku!" ujar ku setengah berteriak dan kemudian memutuskan panggilan secara sepihak.

Aku pun langsung mematikan ponsel ku karena takut dengan nomor tersebut. Tiba-tiba, terdengar suara bel di depan rumah ku.

"Siapa sih?" ujar ku semakin kesal.

Aku pun bergegas membuka pintu. Namun, saat ku buka, gak ada siapa pun di sana. Kemudian, aku melihat ke arah lantai teras, tampak ada bunga dan boneka. Aku pun mengambilnya dan membuka kartu ucapan di bunga itu.

Hi Kalea!

Salam kenal ya.

Semoga kamu suka dengan bunga dan boneka dari ku.

From: Zian

"Nih orang siapa sih? Tapi lumayan juga sih, bunga sama bonekanya, buat pajangan di kamar." ujar ku berbicara sendiri.

Aku pun membawa kedua benda tersebut masuk ke dalam rumah.

#

Udah satu minggu ini, cowok yang bernama Zian itu selalu mengirimkan pesan singkat, nelpon, dan kirim bunga setiap harinya pada ku. Aku jadi penasaran sama nih orang, rajin banget sih dia perhatiin aku.

#

Di kelas, Aarlyn terlihat cemberut.

"Kamu kenapa Lyn? Kok muka kamu kusut gitu." tanya ku heran.

"Dasar kamu pengkhianat!" ujar Aarlyn dengan wajah marah.

"Hah? Maksud kamu apa Lyn?" tanya ku tak mengerti.

"Munafik kamu!" kata Aarlyn lagi.

"Lyn, sumpah, aku gak ngerti, maksud kamu apa?" tanya ku lagi.

"Kamu selama ini bilang, gak mau nyomblangin aku sama Ragla dengan alasan trauma, tapi apa nyatanya? Kamu nusuk aku dari belakang. Dasar musuh dalam selimut kamu!" tuduh Aarlyn.

"Eh Lyn, selama ini aku gak pernah ya deketin Ragla." ujar ku.

"Gak pernah apanya? Aku kemaren liat dengan mata kepala aku sendiri, Ragla berdiri di depan rumah kamu dengan membawa bunga dan boneka. Sekarang kamu mau ngelak apa lagi?" kata Aarlyn.

"Lyn, itu Zian bukan Ragla." ujar ku membela diri.

"Iya, dia memang Zian, Ragla Firzian. Munafik kamu! Kamu bilang gak pernah ketemu dia, pake samarin nama dia dengan Zian lagi. Makasih ya Le, kamu bener-bener sahabat terbaik sekaligus terburuk buat aku." kata Aarlyn.

Aku pun seketika terdiam. Aku gak nyangka ternyata Zian adalah Ragla. Sekarang untuk ketiga kalinya, dia buat kecelakaan di hidup ku. Dia udah bikin persahabatan sekaligus hati aku hancur.

Saat itu juga, aku nelpon Zian untuk ketemuan di taman, dan dia pun setuju.

#

Aku menunggu nya di kursi taman, sumpah sepanjang aku menunggu, aku masih berharap kalo Zian bukanlah Ragla.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang di balik punggung ku, aku pun menoleh. Saat itu juga hati aku bener-bener hancur. Ternyata benar, Zian adalah Ragla.

"Hi Lea" sapa Ragla.

Tanpa sepatah kata pun aku langsung menampar wajah nya.

"Udah puas kamu bikin hidup aku ancur?" ujar ku.

"Le, aku gak pernah berniat untuk menghancurkan hidup kamu. Aku cinta Kalea sama kamu." kata Ragla.

"Aku muak tau gak sama kamu. Hancur hati aku. Puas kan kamu? Puas?" ujar ku penuh emosi.

"Lea, sorry kalo cara aku salah, tapi aku gak maksud untuk membuatnya sehancur ini" kata Ragla menyesal.

"Untuk terakhir kalinya, aku minta sama kamu, jauhin aku!" ujar ku.

Aku pun kemudian beranjak pergi meninggalkan Ragla.

#

Seminggu ini, Aarlyn menghindar dari ku. Sumpah, hal yang paling menyakitkan adalah dijauhi sahabat sendiri. Aku bener-bener hancur. Ragla, dia gak pernah lagi menghubungi ku. Hmm, aku  selalu berharap semua bisa kembali seperti semula.

#

Mama tiba-tiba mengetuk pintu kamar ku. Aku bergegas untuk membukanya.

"Kenapa Ma?" tanya ku.

"Ada temen kamu tuh nyari" kata Mama.

"Siapa Ma?" tanya ku lagi.

"Aarlyn" jawab Mama.

"Mama serius?" tanya ku tak percaya.

"Iya. Cepet temuin sana." ujar Mama.

Aku kemudian bergegas turun dan membuka pintu rumah. Benar saja, ada Aarlyn, dia tersenyum dan aku langsung memeluknya. Tapi, saat aku meluk Aarlyn, terlihat seseorang yang gak aku harapkan, berada tepat di belakang Aarlyn. Aku perlahan melepas pelukan ku dari Aarlyn.

"Lyn, kamu ngapain ngajak dia?" tanya ku.

"Lea, aku dan Ragla kesini mau jelasin sesuatu. Ragla udah cerita semuanya ke aku. Dan kamu inget kan kata-kata aku beberapa waktu yang lalu? Cinta gak bisa dipaksakan Le, dan Ragla yang menunjukkan itu semua ke aku." kata Aarlyn.

"Tapi aku gak cinta sama dia. Dia udah buat hidup aku ancur." ujar ku.

"Sekarang, aku mau nanya sama kamu, saat kamu tau Zian adalah Ragla, hati kamu ancur kan?" tanya Aarlyn.

"Ya iya lah Lyn. Siapa sih yang gak ancur kalo tau diboongin?" ujar ku kesal.

"Itu berarti kamu cinta sama dia. Kamu gak mau kehilangan dia. Makanya hati kamu ancur saat kamu tau yang sebenarnya." kata Aarlyn.

Aku terdiam, dan bulir-bulir air mata mengalir di pipi ku.

"Lea, sumpah demi apa pun aku gak pernah niat buat hidup kamu ancur. Aku bener-bener cinta sama kamu, Lea. Dan aku mohon kamu maafin aku ya. Aku janji akan menjaga kamu dan buat hidup kamu bahagia. Kamu mau kan jadi pacar aku?" tanya Ragla.

Aku kemudian menatap Aarlyn, dia tersenyum. Aku kembali menatap Ragla, dan Aku pun mengangguk. Lalu, Ragla memeluk ku.

"Makasih ya Lea" kata Ragla.

"Langgeng ya kalian. Aku turut bahagia buat sahabat ku yang tersayang." ujar Aarlyn.

Aku pun langsung memeluk Aarlyn.

"Thanks ya Lyn" ucap ku.

"Iya" kata Aarlyn.

Akhirnya, aku dan Ragla jadian. Dan ternyata, sehari sebelum nya Aarlyn jadian sama Aaric. Yah, syukur deh. Jadi kan, aku gak usah takut nyakitin hati Aarlyn.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s