Langsung ke konten utama

Masa Lalu yang Kembali

 


Aku berjalan memasuki sebuah perusahaan yang menjawab salah satu lamaran kerja ku. Aku sangat berharap, kali ini aku bisa diterima untuk bekerja di sini.

Setelah lama menunggu, akhirnya nama ku dipanggil untuk interview. Aku mengetuk pintu ruangan tersebut, dan seseorang di dalam meminta ku untuk masuk. Kemudian, aku pun membuka pintu dan melangkah memasuki ruangan. Aku berjalan menuju meja interview. Sesampainya di depan mejanya,

"Permisi Pak" sapa ku sopan kepada orang tersebut.

"Hi May. Akhirnya kita bertemu lagi. Silahkan duduk!" kata orang tersebut

Ya, aku mengenalnya. Bahkan sangat mengenalnya. Dia adalah Virga, cowok dimasa lalu ku.

Kemudian, aku duduk di kursi tersebut dengan perasaan yang sulit untuk aku jelaskan. Rasanya semua sakit hati ku yang telah terkubur, terkuak kembali. Aku hanya terdiam menatapnya.

"Gak nyangka ya, kita ketemu di sini. Loe apa kabar?" tanya Virga ramah dengan senyuman khas nya yang dulu pernah membuat ku, jatuh cinta.

"Maaf Pak, saya kesini untuk interview kerja. Bukan untuk reuni teman SMK." kata ku dengan nada penuh penekanan, sambil menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dada ku.

"Oh, sorry" ucapnya.

Dia kemudian menatap ku dalam-dalam. Sedangkan aku hanya terdiam menunggu kata-kata dari mulutnya.

"Ok, kamu diterima bekerja di sini. Besok kamu sudah bisa masuk kerja." ucapnya.

"Terima kasih Pak. Permisi." ucap ku pamit.

Aku pun bergegas keluar dari ruangan tersebut.

#

Aku bersiap-siap untuk berangkat kerja. Setelah selesai sarapan, aku langsung pergi ke kantor naik taksi.

Sesampainya di kantor, aku langsung menuju meja kerja ku. Tanpa banyak basa-basi dengan rekan kerja, aku langsung mengerjakan pekerjaan yang ada di meja.

Aku berharap, hari ini Virga gak ganggu aku lagi kayak kemarin. Rasanya tuh nyebelin banget. Masa aku dipanggil ke ruangannya cuma buat ditanya kabar doang, dia pikir aku dibayar buat ngobrol sama dia apa? Dasar aneh!

#

Saat aku lagi sibuk ngetik, tiba-tiba dia datang dan  semua orang berdiri untuk mengucapkan,

"Selamat pagi Pak"

Aku pun mengikuti yang lain. Demi alasan sopan santun dan menghormatinya sebagai atasan ku di perusahaan ini.

Saat dia lewat, dia tersenyum manis ke arah ku. Dan aku hanya membalasnya dengan senyum simpul.

Setelah itu, aku langsung duduk dan melanjutkan pekerjaan ku. Kemudian, rekan kerja di samping ku menegur.

"May, kemaren Pak Virga nyari loe. Tapi, sayang nya loe udah pulang." kata dia.

"Oh" kata ku merespon ucapannya.

"Loe udah pernah kenal dia ya sebelumnya?" tanya dia penasaran.

"Sorry ya, gue lagi banyak banget kerjaan. Ngobrolnya entar pas jam istirahat aja ya. Ok, thanks." ucap ku beralasan untuk menghindar dari kewajiban menjawab pertanyaan tersebut.

Dia pun kembali dengan pekerjaannya, dan aku melanjutkan pekerjaan ku.

#

Saat istirahat, tiba-tiba Virga datang ke meja kerja ku.

"May, makan siang di kantin, yuk!" ajaknya.

"Maaf Pak, saya bawa makanan dari rumah. Terima kasih atas tawaran nya." ucap ku menolaknya dengan sopan.

Dia pun beranjak pergi dari meja ku. Rekan kerja ku lagi-lagi menegur ku.

"May, loe kok jutek banget sih sama Pak Virga?" tanya dia penasaran.

"Masa sih? Perasaan loe aja kali." jawab ku.

Dia pun menyerah dan pergi entah kemana. Aku kemudian mengeluarkan kotak makanan dari tas dan kemudian memakannya.

Saat aku tengah sibuk makan, lagi-lagi Virga datang ke meja ku membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya. Dia juga menarik sebuah kursi di dekat meja kerja ku.

"Gue temenin loe makan di sini ya?" kata Virga meminta izin.

"Maaf Pak, saya rasa Bapak punya ruangan kerja sendiri. Dan ini, meja kerja saya, bukan meja warteg. Jadi saya harap, Bapak bisa meninggalkan meja kerja saya dan silahkan bawa makanan bapak ke ruang kerja Bapak. Terima kasih." kata ku secara halus untuk mengusirnya.

"Kenapa sih? Loe selalu nolak buat ngobrol sama gue?" tanya Virga.

"Sekali lagi, saya minta maaf. Pak Virga yang terhormat, saya ke sini untuk bekerja, bukan untuk ngobrol dengan Bapak. Kalo Bapak mau berbicara dengan saya di luar urusan pekerjaan, saya kira bisa kan nanti di luar kantor?" kata ku membuat alasan untuk menolaknya.

Virga kemudian pergi meninggalkan meja kerja ku.

#

Sudah waktunya jam pulang kerja. Aku membereskan meja kerja dan mematikan komputer. Kemudian, aku mengambil tas dan berjalan ke luar kantor.

Saat di luar kantor, tiba-tiba seseorang menggenggam tangan ku dari belakang. Aku pun menoleh ke arahnya.

"Sekarang udah di luar kantor, gue mau ngobrol sama loe" kata Virga.

"Sorry, gue buru-buru" kata ku kembali membuat alasan untuk menolak ajakkannya dan hendak beranjak pergi meninggalkannya.

Tapi, tangannya kembali menarik tangan ku lebih erat.

"Gue mohon, sekali ini" kata Virga memohon padaku.

Aku pun akhirnya menyerah.

"Ya udah, loe mau ngomong apa?" tanya ku pada akhirnya.

"Gak di sini, loe ikut gue" ajaknya.

Aku pun mengikutinya. Dia membawa ku ke restoran dekat kantor.

"Sebenernya loe mau ngomong apa sih?" tanya ku sudah mulai agak risih.

"Sekarang, gue mau nanya sama loe. Loe kenapa?" kata Virga, nanya balik kepadaku.

"Gue? Maksud loe?" tanya ku lagi kepadanya.

"Iya, loe kenapa? Sejak kita ketemu, loe gak pernah menunjukkan sikap baik ke gue. Loe sakit hati gara-gara gue nolak loe dulu?" tanya Virga to do point.

Emosi ku pun seketika melonjak, dan aku refleks langsung menampar wajahnya. Dia kemudian memegang pipinya yang baru saja aku tampar.

"Thanks May, atas tamparan nya. Gue kira masalah waktu kita SMK udah kelar, ternyata loe masih menyimpan dendam ke gue." kata Virga sambil tersenyum miris.

"Loe gak pernah tau kan pedihnya hati gue pas loe pergi? Sakitnya hati gue saat khawatirin loe, saat ada kabar kalo loe lagi ada masalah, bahkan ada yang bilang kalo loe sakit. Loe gak tau kan seberapa besar angan gue buat bersama lo? Besarnya harapan gue saat terakhir kalinya loe natap gue dan gue anggap loe juga cinta ke gue. Air mata gue mengalir setiap kali gue ingat loe. Loe gak pernah tau kan Vir? Gue gak pernah sakit hati loe nolak gue, gak sedikit pun. Gue sakit hati sama loe, karna loe terlalu acuh sama perhatian gue. Loe gak peduli sama gue, loe gak ada pamit sama gue, bahkan loe sama sekali gak ada kejelasan alasan loe keluar dari sekolah. Loe, loe itu keterlaluan tau gak Vir! Loe gak pernah tau kan, saat loe pergi gue benar-benar terpukul, gue rapuh Vir, gue belum siap buat kehilangan loe saat itu. Semalaman gue nangis, mata gue bengkak. Di kelas, gue juga nangis. Setiap gue liat pintu yang selalu nyambut kedatangan loe, jendela yang setiap harinya gue liat loe datang dan pergi, meja dan kursi loe yang setiap harinya gue liat loe di sana. Semangat belajar gue seakan hilang Vir. Loe tau itu? Pernah loe mikir itu? Gak kan? Sekarang loe datang lagi ke hidup gue setelah gue kubur semua luka di hati gue. Loe sapa gue, seakan dulu gak pernah terjadi apa-apa." kata ku mengeluarkan semua uneg-uneg yang selama ini aku tahan.

Virga tertunduk mendengar semua ucapan ku. Aku kemudian mencoba mengendalikan diri.

"Sorry May, ternyata kepergian gue meninggalkan luka mendalam di hati loe. Gue benar-benar minta maaf." kata Virga penuh penyesalan.

Dia kemudian mencoba meraih tangan ku. Tapi aku segera menarik tangan ku dengan kasar.

"Gue pikir, gak ada yang perlu diomongin lagi. Permisi." ucap ku, kemudian langsung berdiri.

Namun, Virga kemudian menarik tangan ku dengan erat.

"Tunggu May. Masalah ini gak akan selesai kalo loe selalu menghindar." kata Virga.

Aku melepaskan tangan ku dari tangan nya dan kembali duduk.

"Sekarang, gue minta maaf atas semua kesalahan gue di masa yang lalu. Dan gue berharap, kita bisa menjalin hubungan baik sebagai teman." kata Virga.

"Gue udah maafin loe dari dulu. Gue rasa sebaiknya kita buka lembaran baru sebagai orang yang gak pernah saling kenal. Itu lebih baik." kata ku menolak usulan dari Virga.

"Ternyata loe gak pernah berubah. Ok, kalo itu mau loe." kata Virga.

"Ok, gue permisi" kata ku.

Aku pun segera berdiri dan pergi meninggalkan restoran tersebut, kemudian langsung menghentikan taksi yang lewat di depan ku.

#

Hari ini, aku berangkat ke kantor seperti biasa dan mengerjakan pekerjaan ku seperti biasa.

Virga membuktikan omongan nya, dia gak lagi mengajak ku ngobrol di luar masalah pekerjaan. Kami benar-benar menjadi orang yang tidak saling mengenal.

Namun, terkadang Virga menatap ku dalam. Aku sih gak peduli. Bagi ku, Virga yang aku kenal dulu sudah mati dan terkubur bersama luka hati ku. Cinta? Cinta ku sudah pupus sama dia.

#

Studi S1 ku akhirnya selesai dan kabar baiknya, aku mendapat pekerjaan di Jakarta, tepatnya di sebuah perusahaan majalah ternama. Mereka tertarik dengan tulisan-tulisan yang aku posting di blog pribadi ku.

Kemudian, mereka meminta ku untuk bergabung bersama perusahaan mereka. Aku pun langsung menerimanya tanpa pikir panjang. Ini adalah jalan ku untuk jadi penulis terkenal yang selalu aku impikan selama ini.

Hari ini, aku juga akan mengajukan surat pengunduran diri dan menyelesaikan sisa pekerjaan ku.

Aku berjalan menuju ruangan Virga, sesampainya di sana, aku mengetuk pintu dan dia pun mempersilahkan aku masuk. Aku pun berjalan memasuki ruangan nya.

"Permisi Pak" sapa ku sesampainya di depan meja Virga.

"Silahkan duduk" kata Virga.

Aku pun duduk dan memberikan surat pengunduran diri ku pada Virga.

"Apa ini?" tanya Virga sambil memandang amplop yang aku sodorkan padanya.

"Surat pengunduran diri saya Pak" jawab ku.

"Apa? Kamu mau mengundurkan diri? Tapi kenapa?" tanya Virga heran.

"Sebelumnya saya minta maaf Pak. Tapi, saya harus mengatakan ini. Saya mendapat pekerjaan lain di Jakarta dan soal pekerjaan saya di sini sudah saya selesaikan." kata ku.

Virga terdiam sejenak sambil menatap ku dengan tajam.

"Baiklah, kalo itu sudah jadi keputusan kamu. Terima kasih sudah pernah bergabung di perusahaan ini." kata Virga, kemudian mengulurkan tangan nya padaku.

Aku pun menjabat tangan nya.

"Sama-sama Pak. Baiklah, saya mohon izin dan permisi." ucap ku, kemudian melepaskan tangan ku darinya dan beranjak pergi.

Tiba-tiba Virga memanggil ku.

"May, tunggu!"

Aku pun berbalik ke arahnya, dia kemudian berlari ke arah ku dan langsung memeluk ku dengan erat.

"Good luck ya May! Semoga loe sukses di sana." ucap Virga tulus.

"Thanks Vir. Loe juga, semoga loe sukses di sini." kata ku mendoakannya.

"Iya. Hati-hati." kata Virga.

"Iya" kata ku.

Dia kemudian melepaskan pelukan nya dari ku dan aku pun pergi meninggalkan ruangan nya. Aku membereskan barang-barang dan pamitan pada rekan-rekan kerja ku. Selamat tinggal semuanya, semoga aku sukses deh di Jakarta. Goodbye Virga.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s