Langsung ke konten utama

2 Bahasa 1 Cerita

 


"Gis, beresin depan itu dulu! Entar gak enak kalo mereka datang, depan berantakan gitu." kata Kakak ku.

"Iya" jawab ku singkat.

Aku pun beres-beres teras dan ruang tamu. Aduh gila, sibuk banget hari ini gara-gara orang India itu mau dateng. Setelah selesai, aku kembali ke dapur melihat Kakak ku masak dibantu ibu-ibu tetangga. Aku pun cuma bantu ngelap piring. Beberapa saat kemudian, mereka datang.

"Kak, itu orang nya udah dateng" ucap ku memberi tahu.

Kakak ku pun bersiap dan menyambut mereka di depan. Aku juga ikut-ikutan berdiri depan pintu nyambut mereka. Ada 4 orang ibu-ibu dan 1 orang cowok teman kakak ipar ku yang sempat aku salam. Selanjutnya, aku nyusul kakak ku ke dapur.

Kemudian, aku dan kakak ku bingung mau ngomong apa, karena mereka pakai bahasa India. Sialnya lagi, kosakata bahasa Inggris ku lenyap entah kemana.

Beruntung, ternyata orang-orang India tersebut membawa pembantunya yang asli orang Indonesia. Jadi, beliau lah yang menjadi perantara pembicaraan kami dan mereka.  

Orang-orang India perempuan tersebut sibuk memasak di dapur masakan ala India, aku dan kakak ku hanya membantu sekenanya aja. Sedangkan yang cowok-cowok duduk nyantai di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, mereka makan sekeluarga. Aku dan kakak ku masih melanjutkan aktivitas memasak di dapur.

#

Saat itu, aku sibuk keluar masuk rumah dan melewati ruang tamu. Ada seorang cowok yang selalu tertangkap mata ku sedang melihat ke arah ku. Aku sih biasa aja. Dalam pikiran ku, mungkin karena aku mondar-mandir, makanya dia liatin aku.

Setelah mereka selesai makan, teman kakak ipar ku berjalan ke dapur dan berdiri tepat di samping ku. Kemudian, kakak perempuan dari teman kakak ipar ku itu bertanya pada ku,

"Are you his daughter? (Apakah kamu anaknya?)"

Aku pun langsung menggelengkan kepala dan bilang "No (tidak)"

Untuk lebih jelasnya, dia bertanya pada kakak ipar ku, siapa aku sebenarnya. Kakak ipar ku pun menjelaskan kalo aku adalah adik dari istrinya. Akhirnya mereka pun mengerti.

#

Cowok yang sejak tadi tertangkap mata ku sedang liatin aku mondar-mandir itu, tiba-tiba menuju ke dapur menemui ibunya. Kemudian, teman kakak ipar ku menanyakan umur ku.

Aku pun menjawab "18".

Dia terkejut dan terlihat senang, lalu berkata,

"Dia juga 18, hanya badan nya besar" sambil menunjuk mengarah ke arah cowok yang memperhatikan ku tadi.

Mereka pun sibuk ngobrol dan jodoh-jodohin aku sama dia.

‘Yaelah, ini udah zaman modern kali’ batinku.

Kakak ku heboh bersikeras tidak mengijinkan ku untuk dijodohkan dengan cowok tersebut. Dia tau orang tua ku gak bakal terima kalo aku dipersunting orang luar negeri.

Aku sih nyantai aja, toh aku juga gak cinta sama dia. Kalo dia suka sama aku, ya biarin aja. I don't care. Namanya siapa juga aku gak kenal.

#

Hari Minggu pagi, aku jalan ke mall sendirian. Dan kemudian,

"Hey, you (Hey, kamu)" kata seorang cowok menyapaku.

Aku memperhatikan wajahnya dengan saksama, sepertinya aku pernah liat dia.

"You" kata ku, setelah akhirnya mengingat siapa dia.

Aku baru ingat, ternyata dia adalah cowok India yang waktu itu.

Dia pun menawarkan diri untuk menemani aku jalan di mall. Yah, karena aku juga sendiri, aku terima aja tawaran dia.

Kami mengunjungi toko buku, nonton, dan terakhir kami makan di cafe. Dia kemudian minta ijin sama aku buat pergi sebentar, ada sesuatu yang ketinggalan di mobil, katanya.

Aku pun mengangguk saja. Saat dia pergi, makanan pun datang. Aku pun berpikiran untuk menunggunya biar makan bareng.

Hmm, aku bersyukur banget, bahasa Inggris ku kali ini lancar. Yah, untung nya sih dia gak pake bahasa Indianya itu. Sesekali dia bicara bahasa Indonesia dengan logat Indianya yang membuat ku lucu mendengarnya.

Dia datang dengan membawa bunga, boneka, dan kotak kado kecil di tangan nya. Aku heran melihatnya dan bertanya untuk apa dia membawa semua itu? Kemudian, dia menjawab, kalo semua yang dia bawa buat aku. Aku kaget dan bertanya, untuk apa? Dia menjawab,

"First I'm meet you, I feel, I'm falling in love with you (Pertama kali aku melihatmu, aku rasa, aku jatuh cinta padamu)"

Aku shock mendengarnya. Aku kemudian mengambil kertas di dalam tas dan menulis apa yang ada di otak ku saat ini.

'Maaf, bukan maksud aku untuk menolakmu. Tapi, kita baru aja kenal, bahkan kita belum tau nama masing-masing. Dan aku juga minta maaf, jika kamu memberikan semua ini untuk melamar aku menjadi istrimu aku tidak bisa menerimanya. Aku masih muda, masa depan ku masih panjang, masih banyak hal yang mau ku raih. Aku juga masih punya tanggung jawab besar untuk membahagiakan kedua orang tua ku dan juga keluarga ku. Jika kamu memang benar-benar mencintaiku, tunggu lah aku sampai semua impian ku terwujud, itu pun jika kamu mau. Jika tidak, aku tidak akan memaksamu dan silahkan cari saja perempuan lain. Sekali lagi aku minta maaf.'

Kemudian, kertas tersebut aku berikan kepadanya. Mungkin karna dia gak ngerti bahasa Indonesia, dia pun mengeluarkan ipadnya. Aku sibuk dengan makanan ku sambil menunggu tanggapan nya.

Dia kemudian menyerahkan ipad nya kepadaku, di sana tertulis.

‘Iya, aku mengerti, kamu tenang saja, aku bersedia menunggumu untuk menjadi istriku, karna aku sangat mencintaimu’

Aku kemudian tersenyum ke arahnya,

"Raj Aryan" katanya menyebutkan namanya.

"Gisha" ucapku menyebutkan namaku.

Kami pun tersenyum dengan perasaan masing-masing.

END


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s