Langsung ke konten utama

Kita Kembaran

 


Hari pertama MOS, aku berkenalan dengan banyak orang hari ini dan pastinya dapet temen-temen baru. Tapi, ada seseorang spesial yang hari ini ngajak aku kenalan, namanya Rigel.

Dia cukup berhasil membuat hati ku dag dig dug gak karuan. Dia manis, cakep, ramah, dan sepertinya aku tertarik padanya.

Baru aja pindah dari Jakarta ke Bandung, udah dapet gebetan baru aja aku. Haha. Semoga Bandung bisa membuat hidup ku lebih manis deh.

#

Aku buru-buru turun tangga dan menuju meja makan. Kemudian, aku langsung saja mengambil satu tangkup roti dan segelas susu dengan posisi berdiri. Papa menatap tajam ke arah ku. Dan aku hanya melempar senyum termanisku padanya. Kemudian, Papa menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Risel, Risel, makanya, bangun jangan suka kesiangan. Selalu saja buru-buru setiap pagi, gak di Jakarta, gak di sini, sama saja.” kata Papa.

“Hehe. Udah kebiasaan sih Pa abisnya.” ucapku cengengesan.

Aku pun langsung menghampiri Papa dan menyalam tangannya, kemudian berlari ke luar rumah dengan roti di tangan ku dan langsung masuk ke dalam mobil. Supir ku pun langsung tancap gas.

Sesampainya di sekolah, aku berlari menuju kelas, menaruh tas ku dan segera berlari ke lapangan untuk mengikuti upacara bendera.

Saat di lapangan, aku bertemu Rigel.

“Telat lagi Sel?” tanya Rigel.

“Hehe. Tau aja loe.” jawab ku cengengesan.

“Ya taulah, orang loe tiap hari telat mulu.” kata Rigel.

“Ngejek banget sih loe.” ucap ku kesal.

Rigel hanya tersenyum geli melihat ekspresi wajahku.

#

Upacara pun selesai. Aku kemudian, berjalan menuju kelas bersama sahabat ku Icha. Saat berada di kelas dan duduk di kursi, Rigel tiba-tiba datang dan menghampiri ku. Dia membawa sebotol minuman dan memberikannya kepadaku.

“Nih” kata Rigel sambil menyodorkan minuman yang dibawanya.

Thanks” ucapku mengambil minuman botol tersebut.

“Buat gue mana Gel? Kok cuma Risel doang sih yang dikasih.” kata Icha protes.

Rigel kemudian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.

“Hmm. Sorry Cha, tadi gue cuma beli satu. Hehe.” kata Rigel cengengesan.

“Lu mah, pilih kasih. Tau deh yang lagi PDKT.” kata Icha mengejek Rigel.

Aku dan Rigel hanya tertawa geli mendengarnya.

#

Saat pulang sekolah, Rigel menghampiri ku.

“Sel, loe pulang dijemput ya?” tanya Rigel.

“Iya, kenapa Gel?” tanya ku heran.

“Hmm, sebenarnya sih gue mau ngajak loe jalan” kata Rigel sambil menggaruk-garuk kepalanya yang gak gatal.

“Aduh gimana ya? Ok deh. Gue telepon supir gue dulu kalo gitu.” kata ku.

Rigel tersenyum senang mendengar perkataan ku barusan.

#

Akhirnya, aku dan Rigel jalan ke mall. Kami bener-bener have fun banget di sana. Rigel bener-bener asik banget anaknya. Aku gak bakal nolak deh kalo dia nanti nembak.

Tapi, kok aku ngerasa deket banget ya sama dia? Rasanya tuh, aku pernah kenal lama sama dia. Hmm, mungkin itu perasaan aku doang kali ya? Mungkin aku terlalu cinta kali sama dia. Haha.

#

Rigel kemudian mengantar ku sampai rumah dan langsung pulang. Aku pun masuk rumah dan heran melihat Papa yang sudah ada di rumah, padahal ini masih sore. Papa menatap ku dengan tajam.

“Dari mana kamu?” tanya Papa.

“Abis jalan sama temen Pa.” jawabku polos.

“Cowok?” tanya Papa.

“Iya. Kok Papa udah pulang sih?” tanya ku penasaran.

“Kerjaan Papa udah selesai di kantor, makanya Papa pulang. Pacar kamu?” tanya Papa lagi.

Aku kemudian duduk di samping Papa.

“Bukan Pa, cuma temen kok” jawabku.

Papa tersenyum mendengar jawaban yang aku lontarkan.

“Anak Papa yang satu ini, belum juga sebulan ada di Bandung, udah ada aja cowok yang nempel” ejek Papa.

“Ikh, Papa apa-apaan sih” ucapku kesal.

Papa tertawa geli melihat ekspresi wajahku.

“Kapan-kapan ajak ke rumah dong Sel” pinta Papa.

“Entar deh Pa, kalo Risel udah jadian sama dia” ucapku dengan mata berbinar.

“Oh, jadi calon pacar ceritanya” ejek Papa.

“Papa ikh” ucapku kesal karena ejekan Papa.

Papa tertawa lepas melihat ekspresi wajahku yang malu sekaligus kesal.

#

Saat istirahat, aku bareng Icha dan Rigel makan di kantin.

“Eh, by the way, kalo gue liat-liat nih ya, kalian berdua itu mirip tau gak” kata Icha beragumen.

Aku dan Risel saling pandang dan tersenyum geli.

“Ngaco loe Cha” kata ku.

“Ikh serius. Coba deh, nama kalian aja mirip kan? Risel, Rigel, kayak anak kembar tau gak.” kata Icha menjelaskan hasil penelitiannya.

Aku dan Rigel hanya tertawa geli menanggapi ocehan Icha. Tapi, kayaknya Icha ada benernya juga deh.

#

Seperti janji ku sama Papa, aku malam ini ngundang Rigel ke rumah buat makan malem bareng Papa. Karena, beberapa hari yang lalu, aku dan Rigel udah resmi jadian.

Rigel datang dengan membawa roll cake kesukaan Papa. Dia memakai kemeja biru gelap dan celana jeans hitam. Papa terlihat senang saat bertemu Rigel, Rigel pun juga sangat cepat akrab sama Papa. Aku seneng banget ngeliatnya.

#

Pulang sekolah, Rigel mengajak ku mampir ke rumahnya. Karena Mamanya mau ketemu sama aku.

Sesampainya di rumah Rigel, Mamanya menyambut aku dengan ramah. Aku, Rigel, dan Mamanya ngobrol di ruang tamu.

“Risel satu kelas sama Rigel?” tanya Mama Rigel.

“Iya Tante. Kami satu kelas.” jawab ku.

“Jadi, ceritanya cinlok dong ya?” kata Mama Rigel.

“Tante bisa aja” ucapku.

“Risel asli Bandung?” tanya Mama Rigel.

“Hmm, Risel dari kecil di Jakarta Tante. Dan baru aja pindah ke Bandung, karena Papa pindah tugas ke sini.” jawab ku.

“Kalo boleh Tante tau, nama Papa kamu siapa?” tanya Mama Rigel.

“Fadly, Tante”jawab ku.

Mamanya Rigel tiba-tiba tersedak saat mendengar jawaban ku.

“Tante gak papa?” tanya ku khawatir.

“Gak, Tante gak papa” kata Mama Rigel.

Seketika, wajah Mamanya Rigel berubah seperti orang shock dan kebingungan. Aku kemudian mohon izin untuk pulang, karena sudah sore. Rigel pun mengantar ku pulang ke rumah.

#

Selama seminggu ini, tiba-tiba Rigel berubah. Dia bersikap seperti menghindar dari ku. Dia sama sekali tidak mau berbicara dan mendekat kepadaku. Aku jadi heran dan bingung sendiri dengan perubahan sikap Rigel.

Icha pun menyadari itu, dan dia mengira kalo aku dan Rigel sedang bertengkar. Padahal, sebelumnya kami baik-baik saja. Apa aku ada buat salah ya sama dia? Penasaran aku jadinya?

#

Saat pulang sekolah, aku mencegat Rigel dan mengajaknya ngobrol di dalam kelas.

“Gel, gue ngerasa loe berubah. Ada apa sih sebenernya? Gue ada buat salah ya? Kalo gitu, gue minta maaf.” kata ku.

Sorry Sel, gue harus pulang” kata Rigel berusaha pergi, tapi aku menahannya.

“Gel! Loe udah seminggu hindarin gue. Dan sekarang gue cuma mau minta penjelasan dari loe. Kalo loe mau hubungan kita cuma sampe di sini, loe bilang! Kita bisa kan putus baik-baik? Gak gini caranya! Loe nyakitin gue, Gel! Loe buat gue bingung!” ucap ku dengan nada penuh emosi.

“Iya! Gue mau kita putus!” kata Rigel dengan nada tinggi.

“Ok, kita putus. Tapi gue minta penjelasan sama loe atas perubahan sikap loe ke gue. Apa salah gue? Sampe loe menghindar dari gue dan sekarang loe minta putus.” tanya ku dengan nada yang tak kalah tinggi dari Rigel.

“Karna loe, loe saudara kembar gue” kata Rigel dengan nada sedih dan menyesal.

“Apa?” aku shock mendengarnya dan langsung saja sekujur tubuhku melemas seketika.

“Iya, loe saudara kembar gue. Orang tua kita cerai saat kita masih bayi dan Papa nyulik loe dan bawa loe kabur.” kata Rigel menjelaskan.

“Gak, ini gak mungkin. Loe pasti bercanda kan?” kata ku masih gak percaya dengan ucapan Rigel.

“Coba loe inget, dari nama aja kita udah kayak anak kembar. Dan wajah kita juga mirip banget. Loe inget, waktu loe ketemu Mama dan loe sebut nama Papa? Mama bener-bener shock. Dan Mama minta gue buat ngejauhin loe. Karena kita ini saudara dan gak sepantesnya untuk jadi sepasang kekasih.” kata Rigel memaparkan semua fakta yang ada.

“Jadi, kita saudara kembar?” tanya ku masih gak percaya.

Rigel kemudian memelukku dengan erat.

“Iya Sel, maafin gue. Gue udah menghindar dari loe beberapa hari ini.” kata Rigel menyesal.

Aku bener-bener gak nyangka kalo Rigel adalah saudara kembar ku. Ini kenyataan yang bener-bener mengejutkan.

#

Setelah kebenaran terungkap, aku dan Rigel tetep deket tanpa sepengetahuan Mama. Kami pun juga sepakat buat nyatuin Papa dan Mama lagi.

Malam ini, kami mengajak mereka makan di sebuah restoran. Mama dan Papa sama-sama kaget saat dipertemukan. Raut wajah Mama tiba-tiba berubah menjadi emosi dan raut wajah Papa seperti orang bersalah.

“Rigel, kenapa kamu bawa mereka ke hadapan Mama? Ayo kita pulang!” kata Mama.

Mama bersiap-siap untuk pergi, namun Papa menahan tangan Mama.

“Risa, tunggu!” kata Papa.

“Lepaskan tangan ku!” kata Mama sambil membelakangi Papa dan aku.

“Ris, maafkan aku. Aku memang bersalah, aku menyesal Ris, tolong maafkan aku.” kata Papa dengan nada penuh penyesalan.

Mama hanya terdiam dan aku kemudian berdiri dihadapan Mama dan mencium tangannya sambil menangis.

“Mama. Tolong maafkan Papa, Risel mohon Ma. Selama ini Papa jaga Risel dengan baik kok Ma. Mama gak kangen sama Risel? Mama gak mau peluk Risel?” ucap ku dengan air mata bercucuran.

Kemudian, Mama memeluk ku dengan erat dan menangis tersedu-sedu. Aku pun menangis dalam pelukannya. Papa kemudian memeluk Rigel, mereka juga menangis haru. Mama mencium wajah ku dengan rasa rindu yang mendalam.

Aku duduk di samping Mama dan Rigel duduk di samping Papa. Kami makan malam bersama.

“Ma, Pa, Risel dan Rigel bawa Papa dan Mama ke sini buat nyatuin Papa dan Mama lagi. Risel tau Mama masih marah sama Papa, tapi Risel mohon Mama maafin Papa ya? Risel pengen banget tinggal serumah sama Papa dan Mama juga Rigel.” pinta ku.

“Iya Ma, Pa, Rigel mau keluarga kita utuh seperti keluarga lainnya. Rigel mohon Ma, maafin Papa ya?” tambah Rigel.

Mama dan Papa masih terdiam seribu bahasa.

“Mama, emang Mama mau pisah lagi sama Risel?” kata ku sambil merengek.

“Sekarang sih pilihannya cuma dua, Mama sama Papa yang nikah, atau…” Rigel menggantung kalimatnya dan melirik ke arah ku.

Apa sih maksud nih anak? Dia kemudian menatap ke arah Papa dan Mama.

“Atau Rigel sama Risel yang nikah” kata Rigel.

“Jangan!” kata Mama dan Papa serentak.

Aku dan Rigel tertawa geli. Gokil juga nih anak. Haha.

“Kalian ini apa-apaan sih? Kalian itu saudara! Mana boleh menikah! Iya, Mama maafin Papa dan Mama mau menikah sama Papa, demi kalian!” kata Mama.

“Yeeee!!!!” kata ku dan Rigel girang sambil berpelukan.

Rencana kami berhasil!

#

Hari ini, hari pernikahan Papa dan Mama. Aku seneng banget. Sekarang keluarga aku utuh. Aku punya Mama terus punya saudara kembar juga. Rumah pun jadi rame deh. Makasih Tuhan. Ternyata Bandung benar-benar buat hidup ku manis banget.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s