Langsung ke konten utama

HADIAH PENGGANTI





Banyak yang bilang kalo masa SMA itu adalah masa yang paling menyenangkan. Tapi bagi ku biasa aja. Justru masa kuliah yang bikin hidup ku penuh kejutan. Karena disinilah aku menemukan cinta ku. 

Namanya Abyan. Dia adalah cowok pertama yang aku temukan di kampus. Waktu itu aku sedang kebingungan mencari ruang BAUK, karena tidak ada satupun orang di sana. 

Entah aku yang salah info atau bagaimana? Pokoknya kondisi kampus benar-benar sepi kayak kuburan. Dan seketika, dia tiba-tiba muncul, aku langsung aja nanya-nanya sama dia. 

Dia pun langsung bergegas menuju ruang BAUK dan melongok ke dalam lewat kaca jendela, sambil ketok-ketok pintu. Terus dia balik ke aku lagi dan bilang, 

“Kayaknya orang BAUK libur hari ini.” 

Kemudian, dia tersenyum manis ke arahku dan kemudian pergi bersama temannya. 

Itulah pertemuan pertama kami.

#

Entah takdir atau mungkin dia emang jodoh ku, ajaibnya aku bertemu lagi dengannya saat OSPEK. Dia ternyata salah satu panitia di sana. 

Namun, tak ada hal spesial antara aku dan dia di momen-momen OSPEK. Mungkin dia lupa sama aku atau emang gak mau kenal mungkin. Dia terlihat cuek dan biasa aja kepadaku. Dan itulah pertemuan kedua kami.

Hal yang gak pernah aku duga, kami bertemu kembali di dekat musholla kampus. Dan saat itu dia tersenyum sangat teramat manis padaku. 

Disinilah awal cerita dimulai. Dia mengajak aku berkenalan dan ngobrol-ngobrol. Ternyata dia asik banget anaknya. Abyan meminta nomor ponselku dan kami pun bertukar nomor.

#

Setelah hari itu, aku dan Abyan jadi semakin dekat. Terkadang dia anter jemput aku kuliah. Keliatan banget sih PDKTnya. 

Tapi yang lebih seru moment pas dia nembak aku. Kalo biasanya cowok bakal siapin hal-hal yang romantis, beda sama Abyan. 

Tepat pada tanggal 6 Desember 2014, dia nganterin aku pulang. Terus pas di jalan, tiba-tiba dia berhentiin mobilnya di depan musholla deket rumah ku. Dia bilang, 

“Tadi aku lupa sholat Isya, aku sholat dulu sebentar. Kamu udah sholat?” tanya Abyan.

Aku hanya mengangguk. Dia kemudian masuk ke dalam musholla, sedangkan aku nunggu dalam mobil.

Sekitar 10 menit kemudian, Abyan kembali masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah kayak orang mau sidang skripsi. Aku pun menatapnya dengan heran. Dan ditangannya ada botol bekas air mineral yang kosong dan berisikan gulungan kertas. 

Dia memberikan aku botol tersebut. Meskipun agak sedikit aneh, aku akhirnya mengambil botol itu. Abyan meminta ku untuk membuka botol tersebut dan mengambil kertas di dalamnya.
 
Di kertas itu tetulis,
 
“Aku gak tau harus tulis apaan Cha, aku payah merangkai kata-kata romantis, aku cuma mau bilang, kalo aku cinta sama kamu.”

Aku kemudian tertawa geli setelah membaca tulisan itu.

“Yan, kamu gak bisa romantis dikit apa? Masa kamu nembak aku pake surat kayak gini? Ini udah 2014 kali Yan.” kataku sambil ketawa geli.

Abyan hanya memasang ekspresi datar sambil memandangku.

“Oke sorry. Tapi sumpah, kamu aneh banget. Jadi, selama 10 menit di dalam musholla kamu nulis surat ini buat aku?” tanya ku pada Abyan.

Abyan mengangguk.

“Sebenanya sih tadi aku sholat sunah gitu 2 rakaat terus rencananya mau ngomong langsung sama kamu. Tapi karena aku takut salah ngomong, makanya aku nulis surat itu.” kata Abyan jujur.

Akhirnya aku pun nerima Abyan jadi pacar ku, walaupun acara jadiannya cukup agak aneh bin ajaib.

#

Semenjak jadian, Abyan udah merangkap jadi supir pribadi, bodyguard, plus pacar. Dia tuh standby 24 jam buat aku. 

Setiap makan siang dia juga gak pernah absen jemput aku di kantor. Untungnya sih, kantor kita deketan. Itu juga taunya pas kita jadian, terus dia nganter aku ke kantor. 

Dia langsung nyeplos aja gitu bilang, 

“Dunia ini emang selebar daun kelor.” kata Abyan sambil tersenyum geli.

Waktu itu sih aku cuma natap dia heran. Terus dia ngomong, 

“Kantor aku di sebelah.” ucap Abyan.

Aku langsung aja ketawa geli dan Abyan pun ikut tertawa.

#

Pernah saat makan siang, aku bercanda gitu, bilang, 

“Untung kantor kita deket, jadi tiap hari kamu bisa jemput aku makan siang bareng. Gimana ceritanya kalo misalnya kantor kamu sama aku Batu Ampar-Nongsa?” tanyaku berandai-andai.

Abyan langsung jawab, 

“Kalo ceritanya kayak gitu sih, kita makan siang di skype aja. Jadi kan masih bisa serasa makan siang berdua.” kata Abyan polos.

“Itu sih keliatan banget maksanya buat makan bareng.” ejek ku.

Abyan hanya tersenyum geli dengernya.

#

“Cha, apa sih yang paling kamu suka?” tanya Abyan tiba-tiba saat sedang makan siang berdua denganku.

Aku menatapnya aneh.

“Yah, aku pengen tau aja. Soalnya selama 3 bulan kita jadian, aku gak pernah tau apa yang paling kamu suka atau apa yang paling kamu pengen?” tanya Abyan serius.

“Hal yang paling aku suka, Doraemon. Hal yang paling aku pengen, Maldev. Pengen aja gitu suatu saat bisa beli resort di Maldev. Pasti damai banget deh tuh tempat kayaknya buat nenangin pikiran. Tapi gak mungkin bangetlah. Cuma konglomerat yang bisa beli resort semahal itu. Udahlah Yan, gak usah dipikirin.” ujarku.

Tanpa aku sadari, Abyan begitu serius memikirkan omongan aku tadi. Sampai-sampai dia gak denger pas aku ajak balik ke kantor. Aku pun harus menyentuh lengannya untuk menarik kesadarannya.

#

Siapa yang bisa pastiin sih cinta datangnya kapan? Atau kapan seseorang bisa tiba-tiba jatuh cinta sama kamu? 

Namanya Adelard. Anak baru di kelas. Aku ketemu dia pas kami gak sengaja tabrakan di depan kelas, karena sama-sama telat. 

Gak ada yang aneh sih sama dia. Apalagi sikapnya ke aku, biasa aja. Anaknya cukup pendiam. Tapi, aku ada denger dari Deeva, si miss julid. Katanya Adelard naksir sama aku. Dan katanya juga, dia sering nangkep basah Adelard lagi perhatiin aku tanpa berkedip. 

Tapi sih aku biasa aja. Bukannya gak menghargai perasaan orang lain, tapi aku cukup sadar kalo aku punya Abyan.

#

“Cha, aku punya sesuatu buat kamu.” Abyan menahan aku pas mau keluar dari mobilnya. 

Dia mengambil sesuatu di kursi belakang.

“Aku cuma bisa ngasih kamu ini Cha. Semoga kamu suka.” kata Abyan dengan sebuah bucket bunga doraemon ditangannya.

Aku menerima bucket itu dan menatapnya dalam.

“Thanks” ucapku.

Tanpa sadar mataku berkaca-kaca dan membuat Abyan panik.

“Kamu gak suka ya Cha? Sorry deh. Kalo gak buang aja bucketnya.” Abyan menggenggam bucket yang berada ditangan ku. 

Sebelah tangan ku yang lain menggenggam tangannya hangat.

“Aku suka, suka banget” ucapku bahagia.

Abyan menatap mata ku dalam. Sorot matanya kemudian berubah, sorot mata yang buat aku yakin selalu ada cinta di sana. Tangan kirinya perlahan menyeka air mata yang membasahi pipi ku

“Jangan nangis! Aku gak bisa tenang kalo liat kamu nangis.” kata Abyan lembut.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu tau gak, hal apalagi yang aku paling suka selain doraemon?” tanyaku padanya.

“Apa?” tanya Abyan balik.

“Sorot mata kamu setiap natap aku. Sorot mata kamu itu kayak sorot mata anak kecil saat dapetin hadiah yang paling disukainya. Sorot mata ketulusan dan kejujuran.” kata ku kepada Abyan.

“Aku emang dapet hadiah yang paling aku suka, kamu Chavali. Kamu hadiah Tuhan buat aku, yang paling aku inginkan di dunia ini. Dan Tuhan dengan baiknya memberikan kamu buat aku.” kata Abyan membalas kata-kataku barusan.

Aku tersipu mendengar kata-kata Abyan. Kamu juga hadiah Tuhan yang terindah dalam hidup ku, ucapku dalam hati.

#

Saat aku dan Abyan jalan di parkiran, Adelard gak sengaja nabrak aku. aku dan dia sama-sama terjatuh. Abyan dengan sigap langsung membantuku berdiri.

“Lain kali hati-hati dong kalo jalan.” tegur Abyan pada Adelard.

Adelard yang baru berdiri langsung menatap ku.

“Kamu gak papa kan Cha? Sorry, tadi aku buru-buru.” kata Adelard merasa bersalah.

“Kamu kenal dia Cha?” tanya Abyan heran saat Adelard mengucapkan nama panggilanku.

“Dia temen sekelas aku Yan.” jawabku.

“Aku gak papa kok De. Oh iya, kenalin ini Abyan. Abyan itu Adelard.” kata ku memperkenalkan mereka berdua.

Ada sorot mata yang janggal dari mereka berdua. Adelard pun langsung permisi buru-buru pergi.

#

“Cha, Abyan kecelakaan” kata Lita tiba-tiba dengan nafas ngos-ngosan ketika pertama kali tiba di meja kerjaku.

Aku langsung natap Lita dengan tajam.

“Kamu jangan becanda” ucapku dengan nada tinggi pada Lita.

“Aku serius. Di lobby ada cowok yang bilang sama aku kalo Abyan kecelakaan.” ujar Lita sungguh-sungguh.

Aku langsung bergegas berlari ke lobby diikuti Lita dibelakang ku. Sesampainya di lobby, ternyata cowok yang dibilang Lita adalah Adelard.

“Kamu?” ucapku heran, karena Adelard bisa tau lokasi tempat kerjaku.

“Cha, Abyan kecelakaan. Dia sekarang ada di rumah sakit.” kata Adelard to do point tanpa peduli tatapan heran yang pertama kali aku tujukan kepadanya.

“Tolong anter aku ke rumah sakit” ucapku meminta tolong pada Adelard tanpa basa-basi. 

Adelard mengangguk.

“Li, tolong ijinin aku” pintaku pada Lita.

Lita mengangguk. 

“Salam buat Abyan, semoga dia gak papa.” kata Lita.

#

Adelard dan aku sama-sama diam di dalam mobil. Pikiran aku bener-bener kacau dan aku cuma bisa gigit bibir bawah ku sambil menahan bulir-bulir air mata yang siap jatuh kapan saja. Adelard bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga ia menghentikan mobilnya di parkiran rumah sakit. 

Setelah keluar dari mobil, aku berlari memasuki lorong demi lorong rumah sakit hingga kaki ku terhenti tepat di depan pintu ruang UGD. Aku melihat Abyan terbaring dikelilingi dokter dan para asistennya. Dokter memegang sebuah alat yang aku tau itu adalah alat untuk memacu jantung agar berdetak kembali. Ya Allah, Abyan please jangan tinggalin aku. 

Kini air mata ku sudah mengalir dengan derasnya tanpa bisa ku bendung lagi. Aku menutup mulut dan gak percaya sama apa yang barusan aku lihat. Monitor itu, monitor itu hanya menampilkan garis lurus. 

Aku perlahan melangkah mundur dan badan ku seketika langsung ditangkap oleh Adelard. Adelard membawa ku untuk duduk di kursi, saat kaki ku gak mampu lagi untuk berdiri. Seketika tangis aku langsung pecah dan Adelard memeluk ku. Anehnya, aku membiarkannya memeluk tubuh ku dengan hangat.

“Abyan! Abyan!” hanya itu yang bisa terucap dari mulut ku saat itu.

#

“Cha, kamu mau tetap di sini atau ikut pulang sama Papa dan Mama?” tanya Mama saat melihatku yang masih tidak bergeming di depat kuburan Abyan yang masih basah.

“Chavali mau di sini dulu Ma. Mama sama Papa pulang aja duluan.” kataku.

Mama kemudian mencium kepala ku.

“Jangan terlalu bersedih, kasian Abyan.” ucap Mama memperingatkan yang ku balas dengan ekspresi datar.

Mama dan Papa pun kemudian pergi.

Aku mengusap batu nisan Abyan. Air mata ku tiba-tiba mengalir lembut. Namun, aku segera menyekanya. Aku memaksakan seulas senyum dibibir ku. 

"Aku tau kamu pasti gak suka liat aku nangis kan Yan? Aku gak akan nangis kok, gak akan. Kamu cepet banget sih Yan ninggalin aku. Kamu inget gak? Kamu pernah janji sama aku kalo kamu gak akan pernah ninggalin aku. Kamu juga pernah bilang, kamu bakal jagain aku terus sampai kapan pun. Iya kan Yan? Tapi Tuhan ternyata mengambil hadiah ku, hadiah yang Dia kasih ke aku. Dia ambil kamu kembali. Terlalu cepat, sangat terlalu cepat." aku seolah sedang berbicara dengan Abyan di depan makamnya.

#

Sebuah tangan menyentuh pundak ku. Namun, aku tidak menghiraukannya.

“Cha, ada sesuatu buat kamu dari Abyan.” suara Adelard akhirnya membuat aku terusik.

Aku menoleh. Ada 2 tiket bertuliskan Maldev Island ditangannya. Aku mengambil tiket tersebut.

“Waktu kecelakaan dan sebelum Abyan dibawa ke rumah sakit, dia nitipin tiket itu buat kamu.” kata Adelard.

Tangis ku kembali pecah saat menggenggam tiket tersebut sambil berulang kali menyebut nama Abyan di dalam hati.

#

Aku pun pergi ke Maldev bersama Adelard. Kantor memberikan aku ijin cuti kerja selama seminggu. Entah bagaimana caranya hingga Adelard yang akhirnya nemenin aku ke Maldev. 

Aku sama sekali tidak terpikirkan akan hal tersebut. Yang aku pikirin hanya aku bisa pergi ke Maldev demi Abyan, itu saja. 

Pertama kali tiba di Maldev, aku kembali dikejutkan.

“Apakah Anda bernama Chavali? Ini kunci reasort Anda. Tuan Abyan seminggu yang lalu membeli salah satu resort kami dan mengatasnamakan nama Chavali atas kepemilikan resort tersebut.” kata seorang Manager reasort di Maldev sambil menyerahkan sebuah kunci.

Aku pun menerima kunci tersebut diiringi bola mata ku yang mulai basah oleh air mata.

#

Saat pertama membuka pintu resort, air mata ku langsung mengalir deras. Karena di salah satu dinding terangkai kata-kata dengan menggunakan boneka doraemon berukuran mini. 

“Welcome My Angel, CHAVALI” 

Aku menutup mulut sambil menangis terisak-isak. Para pelayan resort bingung melihat ku yang menangis. Adelard langsung saja meminta mereka untuk meninggalkan kami. 

Kemudian, Adelard membawa ku masuk. Tetapi, aku masih saja menangis sambil menyentuh berbagai pernak-pernik di resort yang hampir semuanya berbentuk doraemon. 

Namun, di meja rias, aku melihat ada sebuah botol mineral kosong yang didalamnya ada gulungan kertas. Aku pun langsung mengambil botol tersebut dan mengeluarkan kertas di dalamnya.

“Cha, akhirnya aku bisa penuhin semua hal yang kamu mau. Jangan nangis ya Cha! Karena kamu suka banget nangis kalo dikasih hadiah. Kalo bahagia itu senyum Cha, senyum seindah yang kamu bisa. Mungkin kamu gak pernah minta ini semua dari aku. Tapi, aku pengen banget buat kamu bahagia. Dan kamu tau kan kalo aku gak bisa rangkai kata-kata romantis. Dan aku cuma mau bilang, kamu hadiah terindah ku, anugerah Tuhan paling indah. Cuma kamu yang paling aku inginkan dalam hidup ini. I LOVE YOU FOREVER CHAVALI. My Angel

Aku kembali menangis, masih menangis hingga air mata ku membuat kertas itu basah. Aku peluk dan aku tempelkan kertas itu di dada. 

"Kamu juga hal yang paling aku inginkan dalam hidup ini Yan. Sayangnya, Tuhan telah mengambil kamu dari ku." batinku sambil menangis.

#

“Maafin aku karena gak pamit sama kamu sebelum aku pergi.” kata Abyan yang tiba-tiba hadir di dalam mimpiku.

Aku menatapnya dalam. Air mata ku lagi-lagi mengalir. Abyan dengan lembut menyekanya.

“Aku gak pernah suka liat kamu nangis” ucapnya lagi dengan lembut.

“Kenapa kamu ninggalin aku?” tanya ku padanya.

“Aku gak pernah ninggalin kamu, aku selalu ada di sini” Abyan menempelkan telunjuknya di dada ku.

Aku pun menggenggam tangannya dan mencium tangan itu sambil menangis.

“Aku gak bisa hidup tanpa kamu, aku gak siap, dan gak akan pernah siap.” ucapku kembali menangis.

Abyan kemudian memeluk ku.

“Tuhan mengambil aku kembali ke sisinya, dan dia juga udah ngirim penggantinya buat kamu. Tuhan udah mengganti hadiahnya.” ujar Abyan.

“Adelard?” tanyaku.

“Mungkin. Dia pria yang baik bukan? Dia pasti bisa jaga dan bahagiain kamu.” kata Abyan.

Kemudian, mimpi itu pun menghilang seiring mata ku yang tiba-tiba terbuka oleh sinar matahari yang masuk dari jendela. Terlihat Adelard berdiri sambil mengikat tirai. Dia tersenyum manis.

“Sorry, aku bangunin kamu ya?” tanya Adelard.

Dia kemudian pergi. Ada roti dan susu di meja. 

"Mungkinkah dia memang hadiah pengganti itu? Tapi kenapa hadiah aku harus diganti?" batinku.

#

Aku duduk di kursi belakang resort yang menghamparkan pemandangan lautan luas membiru. Harusnya aku merasa senang saat ini, aku bahagia di sini. Ini keinginan aku dari SD. Tapi aku sadar kalo keinginan terbesar aku hanya kamu Yan, hanya bersama kamu. Aku kemudian memeluk botol air mineral yang berisi gulungan kertas dari Abyan.

Adelard tiba-tiba duduk disamping ku.

“Mata kamu masih sembab” ucapnya.

Aku menatap lurus ke depan.

“Kenapa Tuhan mengambil dia kembali setelah diberikan ke aku? Disaat aku hanya butuh dia buat disamping ku. Kenapa Tuhan mengambilnya dan menggantinya?” ucapku yang seakan-akan bertanya kepada Tuham

Namun, Adelard seakan paham dengan kata 'menggantinya'.

“Aku gak pernah maksa kok Cha buat jadi pengganti Abyan. Aku juga gak pernah maksa kamu buat cinta sama aku. Aku di sini cuma mau jagain kamu, gak lebih.” ujar Adelard penuh penekanan.

Adelard sepertinya tersinggung dengan ucapan ku tadi. Dia kemudian beranjak pergi ninggalin aku sendirian.

#

Setelah kejadian hari itu, Adelard seperti menjaga jarak dengan ku. Ternyata kata-kata ku begitu menyakiti hatinya. 

Namun, dia tidak pernah berhenti menyiapkan makanan untuk ku. Dan aku juga baru sadar kalo selama ini dia tidur di sofa. Bahkan, saat kami akan pulang ke Indonesia, Adelard dengan sigap mengemasi barang-barang bawaanku. Tak ada sepatah kata pun dari mulutnya yang keluar. Hingga aku akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh tangannya.

“Maaf” hanya itu yang bisa aku ucapkan.

“Gak ada yang perlu dimaafin, kamu gak salah.” jawab Adelard.

Raut mukanya datar, dia menarik tangannya perlahan.

“Aku tau kamu tersinggung sama kata-kata aku waktu itu. Sorry." ucapku meminta maaf sekali lagi.

“Asal kamu tau Cha, aku cuma jatuh cinta sama kamu. Gak lebih. Apa salah, kalo aku jatuh cinta? Aku tau, kamu baru kehilangan Abyan, tapi aku gak pernah maksa juga kan kamu harus terima cinta aku?” tanya Adelard.

Wajahnya sama sekali tidak mau menatap ke arahku.

Thanks” ucapku akhirnya.

“Untuk?” tanya Adelard masih dengan wajah yang tak mau menatapku.

“Makasih kamu udah jagain aku selama di Maldev. Thanks, atas semua perhatian kamu buat aku, dan thanks, atas cinta kamu ke aku. Aku harap kamu bisa ngerti kalo aku belum bisa buka hati aku untuk cinta yang lain. Sekali lagi maaf, aku udah buat kamu marah, sampai-sampai kamu gak mau natap muka aku sekarang.” ucapku sambil menunduk.

Aku menunduk menyesali keegoisan ku selama ini. Adelard kemudian mencium kening ku. Aku kemudian menatap wajahnya yang sedang tersenyum manis. Sorot matanya, sorot mata yang penuh ketulusan cinta.

“Aku gak akan pernah bisa marah pada seseorang yang aku cintai” kata Adelard.

Aku pun tersenyum membalas senyuman si Hadiah Pengganti.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak  Namun tak selalu berada disisiku Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh Kakak, taukah kau Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian Yang selalu melindungi adiknya Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini Bukan harta ataupun benda yang aku pinta Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini Hanya sedikit Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s