Banyak yang bilang kalo masa SMA
itu adalah masa yang paling menyenangkan. Tapi bagi ku biasa aja. Justru masa
kuliah yang bikin hidup ku penuh kejutan. Karena disinilah aku menemukan cinta
ku.
Namanya Abyan. Dia adalah cowok pertama yang aku temukan di kampus. Waktu
itu aku sedang kebingungan mencari ruang BAUK, karena tidak ada satupun orang di sana.
Entah aku yang salah info atau bagaimana? Pokoknya kondisi kampus benar-benar sepi kayak kuburan.
Dan seketika, dia tiba-tiba muncul, aku langsung aja nanya-nanya sama dia.
Dia pun langsung bergegas menuju ruang BAUK dan melongok ke dalam lewat kaca jendela,
sambil ketok-ketok pintu. Terus dia balik ke aku lagi dan bilang,
“Kayaknya
orang BAUK libur hari ini.”
Kemudian, dia tersenyum manis ke arahku dan kemudian pergi
bersama temannya.
Itulah pertemuan pertama kami.
#
Entah
takdir atau mungkin dia emang jodoh ku, ajaibnya aku bertemu lagi dengannya saat OSPEK. Dia ternyata salah satu panitia di sana.
Namun, tak ada hal spesial antara aku dan dia di momen-momen OSPEK. Mungkin dia lupa sama aku atau emang gak mau kenal mungkin. Dia terlihat cuek dan biasa aja kepadaku. Dan
itulah pertemuan kedua kami.
Hal
yang gak pernah aku duga, kami bertemu kembali di dekat musholla kampus. Dan saat itu
dia tersenyum sangat teramat manis padaku.
Disinilah awal cerita dimulai. Dia
mengajak aku berkenalan dan ngobrol-ngobrol. Ternyata dia asik banget anaknya.
Abyan meminta nomor ponselku dan kami pun bertukar nomor.
#
Setelah
hari itu, aku dan Abyan jadi semakin dekat. Terkadang dia anter jemput aku kuliah. Keliatan banget sih PDKTnya.
Tapi yang lebih seru moment pas dia nembak
aku. Kalo biasanya cowok bakal siapin hal-hal yang romantis, beda sama Abyan.
Tepat pada tanggal 6 Desember 2014, dia nganterin aku pulang. Terus pas di jalan, tiba-tiba dia berhentiin mobilnya di depan musholla deket rumah ku. Dia bilang,
“Tadi aku lupa sholat Isya, aku sholat dulu sebentar. Kamu udah sholat?” tanya
Abyan.
Aku hanya mengangguk. Dia
kemudian masuk ke dalam musholla, sedangkan aku nunggu dalam mobil.
Sekitar
10 menit kemudian, Abyan kembali masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah
kayak orang mau sidang skripsi. Aku pun menatapnya dengan heran. Dan
ditangannya ada botol bekas air mineral yang kosong dan berisikan gulungan kertas.
Dia memberikan aku botol tersebut. Meskipun agak sedikit aneh, aku akhirnya mengambil botol itu. Abyan meminta ku untuk membuka botol tersebut dan
mengambil kertas di dalamnya.
Di kertas itu tetulis,
“Aku gak tau harus tulis
apaan Cha, aku payah merangkai kata-kata romantis, aku cuma mau bilang, kalo aku cinta sama kamu.”
Aku kemudian tertawa geli setelah membaca tulisan
itu.
“Yan, kamu gak bisa romantis dikit
apa? Masa kamu nembak aku pake surat kayak gini? Ini udah 2014 kali Yan.” kataku sambil ketawa geli.
Abyan hanya memasang ekspresi
datar sambil memandangku.
“Oke sorry. Tapi sumpah, kamu aneh
banget. Jadi, selama 10 menit di dalam musholla kamu nulis surat ini buat aku?”
tanya ku pada Abyan.
Abyan mengangguk.
“Sebenanya sih tadi aku sholat
sunah gitu 2 rakaat terus rencananya mau ngomong langsung sama kamu. Tapi karena
aku takut salah ngomong, makanya aku nulis surat itu.” kata Abyan jujur.
Akhirnya aku pun nerima Abyan
jadi pacar ku, walaupun acara jadiannya cukup agak aneh bin ajaib.
#
Semenjak
jadian, Abyan udah merangkap jadi supir pribadi, bodyguard, plus pacar. Dia
tuh standby 24 jam buat aku.
Setiap makan siang dia juga gak pernah absen
jemput aku di kantor. Untungnya sih, kantor kita deketan. Itu juga taunya pas
kita jadian, terus dia nganter aku ke kantor.
Dia langsung nyeplos aja gitu
bilang,
“Dunia ini emang selebar daun kelor.” kata Abyan sambil tersenyum geli.
Waktu itu sih aku cuma natap
dia heran. Terus dia ngomong,
“Kantor aku di sebelah.” ucap Abyan.
Aku langsung aja ketawa geli dan
Abyan pun ikut tertawa.
#
Pernah
saat makan siang, aku bercanda gitu, bilang,
“Untung kantor kita deket, jadi tiap
hari kamu bisa jemput aku makan siang bareng. Gimana ceritanya kalo misalnya
kantor kamu sama aku Batu Ampar-Nongsa?” tanyaku berandai-andai.
Abyan langsung jawab,
“Kalo
ceritanya kayak gitu sih, kita makan siang di skype aja. Jadi kan masih bisa
serasa makan siang berdua.” kata Abyan polos.
“Itu sih keliatan banget maksanya
buat makan bareng.” ejek ku.
Abyan hanya tersenyum geli
dengernya.
#
“Cha, apa sih yang paling kamu suka?” tanya Abyan tiba-tiba saat sedang makan siang berdua denganku.
Aku menatapnya aneh.
“Yah, aku pengen tau aja. Soalnya
selama 3 bulan kita jadian, aku gak pernah tau apa yang paling kamu suka atau apa
yang paling kamu pengen?” tanya Abyan serius.
“Hal yang paling aku suka,
Doraemon. Hal yang paling aku pengen, Maldev. Pengen aja gitu suatu saat bisa
beli resort di Maldev. Pasti damai banget deh tuh tempat kayaknya buat
nenangin pikiran. Tapi gak mungkin bangetlah. Cuma konglomerat yang bisa beli
resort semahal itu. Udahlah Yan, gak usah dipikirin.” ujarku.
Tanpa aku sadari, Abyan begitu
serius memikirkan omongan aku tadi. Sampai-sampai dia gak denger pas aku ajak balik ke
kantor. Aku pun harus menyentuh lengannya untuk menarik kesadarannya.
#
Siapa
yang bisa pastiin sih cinta datangnya kapan? Atau kapan seseorang bisa
tiba-tiba jatuh cinta sama kamu?
Namanya Adelard. Anak baru di kelas. Aku ketemu dia pas kami gak sengaja tabrakan di depan kelas, karena sama-sama telat.
Gak ada yang aneh sih sama dia. Apalagi sikapnya ke aku, biasa aja. Anaknya
cukup pendiam. Tapi, aku ada denger dari Deeva, si miss julid. Katanya Adelard
naksir sama aku. Dan katanya juga, dia sering nangkep basah Adelard lagi perhatiin
aku tanpa berkedip.
Tapi sih aku biasa aja. Bukannya gak menghargai perasaan
orang lain, tapi aku cukup sadar kalo aku punya Abyan.
#
“Cha, aku punya sesuatu buat kamu.” Abyan menahan aku pas mau keluar dari mobilnya.
Dia mengambil sesuatu di
kursi belakang.
“Aku cuma bisa ngasih kamu ini
Cha. Semoga kamu suka.” kata
Abyan dengan sebuah bucket bunga doraemon ditangannya.
Aku menerima bucket itu dan
menatapnya dalam.
“Thanks” ucapku.
Tanpa sadar mataku berkaca-kaca
dan membuat Abyan panik.
“Kamu gak suka ya Cha? Sorry deh.
Kalo gak buang aja bucketnya.” Abyan menggenggam bucket yang berada ditangan
ku.
Sebelah tangan ku yang lain menggenggam tangannya hangat.
“Aku suka, suka banget” ucapku bahagia.
Abyan menatap mata ku dalam.
Sorot matanya kemudian berubah, sorot mata yang buat aku yakin selalu ada cinta
di sana. Tangan kirinya perlahan menyeka air mata yang membasahi pipi ku
“Jangan nangis! Aku gak bisa
tenang kalo liat kamu nangis.” kata Abyan lembut.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Kamu tau gak, hal apalagi yang
aku paling suka selain doraemon?” tanyaku padanya.
“Apa?” tanya Abyan balik.
“Sorot mata kamu setiap natap aku.
Sorot mata kamu itu kayak sorot mata anak kecil saat dapetin hadiah yang paling
disukainya. Sorot mata ketulusan dan kejujuran.” kata ku kepada Abyan.
“Aku emang dapet hadiah yang
paling aku suka, kamu Chavali. Kamu hadiah Tuhan buat aku, yang paling aku inginkan di dunia ini. Dan Tuhan dengan baiknya memberikan kamu buat aku.” kata Abyan membalas kata-kataku barusan.
Aku tersipu mendengar kata-kata
Abyan. Kamu juga hadiah Tuhan yang terindah dalam hidup ku, ucapku dalam hati.
#
Saat aku dan Abyan jalan di parkiran, Adelard gak sengaja nabrak aku. aku dan dia
sama-sama terjatuh. Abyan dengan sigap langsung membantuku berdiri.
“Lain kali hati-hati dong kalo
jalan.” tegur Abyan pada Adelard.
Adelard yang baru berdiri
langsung menatap ku.
“Kamu gak papa kan Cha? Sorry,
tadi aku buru-buru.” kata Adelard merasa bersalah.
“Kamu kenal dia Cha?” tanya Abyan heran saat Adelard mengucapkan nama panggilanku.
“Dia temen sekelas aku Yan.” jawabku.
“Aku gak papa kok De. Oh iya,
kenalin ini Abyan. Abyan itu Adelard.” kata ku memperkenalkan mereka berdua.
Ada sorot mata yang janggal dari
mereka berdua. Adelard pun langsung permisi buru-buru pergi.
#
“Cha, Abyan kecelakaan” kata Lita tiba-tiba dengan nafas ngos-ngosan ketika pertama kali tiba di meja kerjaku.
Aku langsung natap Lita dengan
tajam.
“Kamu jangan becanda” ucapku dengan nada tinggi pada Lita.
“Aku serius. Di lobby ada cowok
yang bilang sama aku kalo Abyan kecelakaan.” ujar Lita sungguh-sungguh.
Aku langsung bergegas berlari ke
lobby diikuti Lita dibelakang ku. Sesampainya di lobby, ternyata cowok yang
dibilang Lita adalah Adelard.
“Kamu?” ucapku heran, karena Adelard bisa tau lokasi tempat kerjaku.
“Cha, Abyan kecelakaan. Dia
sekarang ada di rumah sakit.” kata Adelard to do point tanpa peduli tatapan heran yang pertama kali aku tujukan kepadanya.
“Tolong anter aku ke rumah
sakit” ucapku meminta tolong pada Adelard tanpa basa-basi.
Adelard mengangguk.
“Li, tolong ijinin aku” pintaku pada Lita.
Lita mengangguk.
“Salam buat
Abyan, semoga dia gak papa.” kata Lita.
#
Adelard
dan aku sama-sama diam di dalam mobil. Pikiran aku bener-bener kacau dan aku cuma bisa gigit bibir bawah ku sambil menahan bulir-bulir air mata yang siap
jatuh kapan saja. Adelard bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga ia
menghentikan mobilnya di parkiran rumah sakit.
Setelah keluar dari mobil, aku berlari memasuki lorong demi
lorong rumah sakit hingga kaki ku terhenti tepat di depan pintu ruang UGD. Aku melihat Abyan terbaring dikelilingi dokter dan para asistennya. Dokter memegang
sebuah alat yang aku tau itu adalah alat untuk memacu jantung agar berdetak
kembali. Ya Allah, Abyan please jangan tinggalin aku.
Kini air mata ku sudah
mengalir dengan derasnya tanpa bisa ku bendung lagi. Aku menutup mulut dan gak
percaya sama apa yang barusan aku lihat. Monitor itu, monitor itu hanya menampilkan
garis lurus.
Aku perlahan melangkah mundur dan badan ku seketika langsung
ditangkap oleh Adelard. Adelard membawa ku untuk duduk di kursi, saat kaki ku gak mampu lagi untuk berdiri. Seketika tangis aku langsung pecah dan Adelard
memeluk ku. Anehnya, aku membiarkannya memeluk tubuh ku dengan hangat.
“Abyan! Abyan!” hanya
itu yang bisa terucap dari mulut ku saat itu.
#
“Cha, kamu mau tetap di sini atau
ikut pulang sama Papa dan Mama?” tanya Mama saat melihatku yang masih tidak bergeming di depat kuburan Abyan yang masih basah.
“Chavali mau di sini dulu Ma. Mama
sama Papa pulang aja duluan.” kataku.
Mama kemudian mencium kepala ku.
“Jangan terlalu bersedih, kasian
Abyan.” ucap Mama memperingatkan yang ku balas dengan ekspresi datar.
Mama dan Papa pun kemudian pergi.
Aku mengusap batu nisan Abyan. Air mata ku tiba-tiba mengalir lembut. Namun, aku segera menyekanya. Aku memaksakan seulas senyum dibibir ku.
"Aku tau kamu pasti
gak suka liat aku nangis kan Yan? Aku gak akan nangis kok, gak akan. Kamu cepet
banget sih Yan ninggalin aku. Kamu inget gak? Kamu pernah janji sama aku kalo kamu gak akan pernah ninggalin aku. Kamu juga pernah bilang, kamu bakal jagain aku terus sampai kapan pun. Iya kan Yan? Tapi Tuhan ternyata mengambil hadiah ku, hadiah
yang Dia kasih ke aku. Dia ambil kamu kembali. Terlalu cepat, sangat terlalu
cepat." aku seolah sedang berbicara dengan Abyan di depan makamnya.
#
Sebuah
tangan menyentuh pundak ku. Namun, aku tidak menghiraukannya.
“Cha, ada sesuatu buat kamu dari
Abyan.” suara Adelard akhirnya membuat aku terusik.
Aku menoleh. Ada 2 tiket
bertuliskan Maldev Island ditangannya. Aku mengambil tiket tersebut.
“Waktu kecelakaan dan sebelum
Abyan dibawa ke rumah sakit, dia nitipin tiket itu buat kamu.” kata Adelard.
Tangis ku kembali pecah saat
menggenggam tiket tersebut sambil berulang kali menyebut nama Abyan di dalam hati.
#
Aku pun pergi ke Maldev bersama Adelard. Kantor memberikan aku ijin cuti kerja selama seminggu. Entah
bagaimana caranya hingga Adelard yang akhirnya nemenin aku ke Maldev.
Aku sama sekali tidak terpikirkan akan hal tersebut. Yang aku pikirin hanya aku bisa pergi ke Maldev demi
Abyan, itu saja.
Pertama kali tiba di Maldev, aku kembali dikejutkan.
“Apakah Anda bernama Chavali?
Ini kunci reasort Anda. Tuan Abyan seminggu yang lalu membeli salah satu
resort kami dan mengatasnamakan nama Chavali atas kepemilikan resort
tersebut.” kata seorang Manager reasort di Maldev sambil menyerahkan sebuah
kunci.
Aku pun menerima kunci tersebut
diiringi bola mata ku yang mulai basah oleh air mata.
#
Saat
pertama membuka pintu resort, air mata ku langsung mengalir deras. Karena di salah satu
dinding terangkai kata-kata dengan menggunakan boneka doraemon berukuran mini.
“Welcome My Angel, CHAVALI”
Aku menutup mulut sambil menangis
terisak-isak. Para pelayan resort bingung melihat ku yang menangis. Adelard langsung saja
meminta mereka untuk meninggalkan kami.
Kemudian, Adelard membawa ku masuk. Tetapi, aku masih saja
menangis sambil menyentuh berbagai pernak-pernik di resort yang hampir
semuanya berbentuk doraemon.
Namun, di meja rias, aku melihat ada sebuah botol
mineral kosong yang didalamnya ada gulungan kertas. Aku pun langsung mengambil botol
tersebut dan mengeluarkan kertas di dalamnya.
“Cha, akhirnya aku bisa penuhin
semua hal yang kamu mau. Jangan nangis ya Cha! Karena kamu suka banget nangis
kalo dikasih hadiah. Kalo bahagia itu senyum Cha, senyum seindah yang kamu bisa.
Mungkin kamu gak pernah minta ini semua dari aku. Tapi, aku pengen banget buat
kamu bahagia. Dan kamu tau kan kalo aku gak bisa rangkai kata-kata romantis. Dan
aku cuma mau bilang, kamu hadiah terindah ku, anugerah Tuhan paling indah. Cuma
kamu yang paling aku inginkan dalam hidup ini. I LOVE YOU FOREVER CHAVALI. My
Angel”
Aku kembali menangis, masih menangis
hingga air mata ku membuat kertas itu basah. Aku peluk dan aku tempelkan
kertas itu di dada.
"Kamu juga hal yang paling aku inginkan dalam hidup ini Yan.
Sayangnya, Tuhan telah mengambil kamu dari ku." batinku sambil menangis.
#
“Maafin aku karena gak pamit sama
kamu sebelum aku pergi.” kata Abyan yang tiba-tiba hadir di dalam mimpiku.
Aku menatapnya dalam. Air mata
ku lagi-lagi mengalir. Abyan dengan lembut menyekanya.
“Aku gak pernah suka liat kamu nangis” ucapnya lagi dengan lembut.
“Kenapa kamu ninggalin aku?” tanya ku padanya.
“Aku gak pernah ninggalin kamu,
aku selalu ada di sini” Abyan menempelkan telunjuknya di dada ku.
Aku pun menggenggam tangannya dan mencium tangan itu sambil
menangis.
“Aku gak bisa hidup tanpa kamu,
aku gak siap, dan gak akan pernah siap.” ucapku kembali menangis.
Abyan kemudian memeluk ku.
“Tuhan mengambil aku kembali ke
sisinya, dan dia juga udah ngirim penggantinya buat kamu. Tuhan udah mengganti
hadiahnya.” ujar Abyan.
“Adelard?” tanyaku.
“Mungkin. Dia pria yang baik
bukan? Dia pasti bisa jaga dan bahagiain kamu.” kata Abyan.
Kemudian, mimpi itu pun menghilang seiring mata
ku yang tiba-tiba terbuka oleh sinar matahari yang masuk dari jendela. Terlihat
Adelard berdiri sambil mengikat tirai. Dia tersenyum manis.
“Sorry, aku bangunin kamu ya?” tanya Adelard.
Dia kemudian pergi. Ada roti dan
susu di meja.
"Mungkinkah dia memang hadiah pengganti itu? Tapi kenapa hadiah
aku harus diganti?" batinku.
#
Aku duduk di kursi belakang resort yang menghamparkan pemandangan lautan luas
membiru. Harusnya aku merasa senang saat ini, aku bahagia di sini. Ini keinginan aku dari SD.
Tapi aku sadar kalo keinginan terbesar aku hanya kamu Yan, hanya bersama kamu.
Aku kemudian memeluk botol air mineral yang berisi gulungan kertas dari Abyan.
Adelard tiba-tiba duduk disamping ku.
“Mata kamu masih sembab” ucapnya.
Aku menatap lurus ke depan.
“Kenapa Tuhan mengambil dia
kembali setelah diberikan ke aku? Disaat aku hanya butuh dia buat disamping
ku. Kenapa Tuhan mengambilnya dan menggantinya?” ucapku yang seakan-akan bertanya kepada Tuham
Namun, Adelard seakan paham dengan kata 'menggantinya'.
“Aku gak pernah maksa kok Cha
buat jadi pengganti Abyan. Aku juga gak pernah maksa kamu buat cinta sama aku.
Aku di sini cuma mau jagain kamu, gak lebih.” ujar Adelard penuh penekanan.
Adelard sepertinya tersinggung
dengan ucapan ku tadi. Dia kemudian beranjak pergi ninggalin aku sendirian.
#
Setelah
kejadian hari itu, Adelard seperti menjaga jarak dengan ku. Ternyata kata-kata
ku begitu menyakiti hatinya.
Namun, dia tidak pernah berhenti menyiapkan
makanan untuk ku. Dan aku juga baru sadar kalo selama ini dia tidur di sofa.
Bahkan, saat kami akan pulang ke Indonesia, Adelard dengan sigap mengemasi
barang-barang bawaanku. Tak ada sepatah kata pun dari mulutnya yang keluar. Hingga
aku akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh tangannya.
“Maaf” hanya itu yang bisa
aku ucapkan.
“Gak ada yang perlu dimaafin, kamu gak salah.” jawab Adelard.
Raut mukanya datar, dia menarik
tangannya perlahan.
“Aku tau kamu tersinggung sama
kata-kata aku waktu itu. Sorry." ucapku meminta maaf sekali lagi.
“Asal kamu tau Cha, aku cuma jatuh
cinta sama kamu. Gak lebih. Apa salah, kalo aku jatuh cinta? Aku tau, kamu baru
kehilangan Abyan, tapi aku gak pernah maksa juga kan kamu harus terima cinta
aku?” tanya Adelard.
Wajahnya sama sekali tidak mau
menatap ke arahku.
“Thanks” ucapku akhirnya.
“Untuk?” tanya Adelard masih dengan wajah yang tak mau menatapku.
“Makasih kamu udah jagain aku selama di Maldev. Thanks, atas semua perhatian kamu buat aku, dan thanks, atas
cinta kamu ke aku. Aku harap kamu bisa ngerti kalo aku belum bisa buka hati aku untuk cinta yang lain. Sekali lagi maaf, aku udah buat kamu marah, sampai-sampai kamu gak
mau natap muka aku sekarang.” ucapku sambil menunduk.
Aku menunduk menyesali keegoisan ku selama ini. Adelard kemudian mencium kening ku. Aku kemudian menatap wajahnya yang sedang tersenyum manis. Sorot matanya,
sorot mata yang penuh ketulusan cinta.
“Aku gak akan pernah bisa marah
pada seseorang yang aku cintai” kata Adelard.
Aku pun tersenyum membalas
senyuman si Hadiah Pengganti.
END
Komentar
Posting Komentar