Langsung ke konten utama

CURAHAN HATI SEORANG ADIK

Teruntuk padamu kakak ku
Usia memang terlampau jauh membuat jarak diantara kita
Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana kau berjuang dalam hidupmu
Yang aku tau kau sibuk dengan dunia mu sendiri
Aku memang terlalu kecil saat itu untuk mengerti kehidupanmu
Yang aku tau, aku hanya memiliki seorang kakak 
Namun tak selalu berada disisiku
Ternyata bukan hanya usia yang jauh tapi juga jarak membuat kita jauh
Kakak, taukah kau
Aku selalu iri melihat orang lain memiliki seorang kakak yang sangat perhatian
Yang selalu melindungi adiknya
Yang selalu ada kapan pun adiknya membutuhkannya
Kakak, aku tidak pernah menyalahkan dirimu
Mungkin hanya karena keadaan yang membuatmu seperti ini
Kakak, jika kau berkenan mendengarkan permintaan dari adikmu ini
Bukan harta ataupun benda yang aku pinta
Aku hanya meminta sedikit perhatianmu kak pada adikmu ini
Hanya sedikit
Bukankah seorang kakak memang begitu hakikatnya kan kak
Bisa melindungi dan memperhatikan adiknya
Namun apalah daya adikmu ini
Aku tidak dapat menyampaikan isi hatiku padamu kak
Aku hanya bisa diam dan memilih melanjutkan hidupku tanpa dirimu
Aku hanya bisa hidup dalam kesepian bagai hidup sebatang kara
Tau kah kau kak
Saat disekolah dulu, aku pernah dipukul dan dihina oleh temanku
Saat itu aku berharap, lenganmu yang memelukku erat
Menghapus air mataku dan selalu meyakinkanku bahwa kau akan selalu ada bersamaku
Disaat aku belajar aku juga selalu berharap ada kakak yang selalu bisa membantuku saat aku merasa kesulitan
Disaat aku ingin bercerita aku juga selalu berharap ada kakak yang selalu sedia mendengarkan keluh kesah adikmu ini
Aku juga ingin kakak menjadi temanku untuk bercanda dan tertawa
Percayakah kau kak
Adikmu bahkan membangun sebuah dunia khayalan
Berkhayal memiliki kakak yang begitu teramat mencintai ku dan selalu ada untukku
Itu semua karena aku teramat sangat menginginkan sosok kakak hadir dalam kehidupanku
Jujur aku sempat kecewa padamu
Kau mungkin kakak yang tergolong acuh
Tapi aku tidak berhak juga untuk membencimu
Karena bagaimana pun kau adalah kakak ku
Begitulah kenyataannya
Hingga saat ini aku selalu berusaha berlapang dada mencoba mengerti memaafkan semua kekurangan mu
Kak, aku sangat menyayangimu jauh dilubuk hatiku terdalam
Meski kau tak selalu disisiku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Tahap Iblis Menghasut Remaja dan Anak Kecil untuk Bundir

  Foto: Remaja sedang depresi/Pexels Pernahkan kamu merasa bahwa kasus kejahatan maupun bundir akhir-akhir ini makin meningkat? Jika iya, maka kamu wajib banget baca artikel ini sampai selesai! Jadi, menurut investigasi salah satu pelaku supranatural, Adam Lucius, ketika menginterogasi sesosok iblis yang sering melakukan penghasutan terhadap anak kecil maupun remaja untuk bundir, ada 9 tahapan yang mereka lakukan. Mari simak kesembilan tahapan tersebut, agar kamu dapat sadar dan menyadarkan orang-orang di sekitarmu! Sebelum menyimak kesembilan tahapan iblis menghasut anak kecil dan remaja untuk bundir, saya selaku penulis hendak disclaimer terlebih dahulu, bahwa artikel ini bersumber dari proses interogasi Adam Lucius terhadap satu entitas iblis. Yang percaya silahkan, yang tidak percaya juga tidak apa-apa. Intinya, yang baik silahkan diambil, yang tidak baik silahkan diabaikan saja. Tahap Pertama Ilustrasi remaja suka keluar malam hari | Sumber: Pexels Jadi, tahap pertama yang akan ib

Aku Bukanlah Untukmu

  Aku sedang senyum-senyum sendiri di kamar, sambil memegang sebuah pena di tangan. Yes, right .  Nih pena tadi di kasih sama someone special . Sebenarnya sih gak terlalu spesial banget, tapi orangnya manis sih. Gak bosen buat dilihat lama-lama. Cerita asal muasal nih pena sampai ke tangan aku, gini nih ceritanya. Jadi, tadi siang pas pelajaran Biologi ada kuis dadakan gitu. Terus tiba-tiba pena ku mendadak macet. Ngeselin gak tuh? Udah deh, aku kebingungan mau nulis soal. Tanya si Asha, percuma aja. Pena aja dia sering pinjem sama aku. Ya udah, alhasil aku celingukan nyari target yang bisa minjemin aku pena. Dan tiba-tiba aja, “Sya, nih!” suara Aza memanggil ku dari belakang sambil memberikan sebuah pena kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Udah ambil, cepet!” pinta Aza. Aku pun langsung mengambil pena tersebut dan berkata, “Thanks” Aza hanya tersenyum sambil mengangguk. Hmm, mungkin itu kenangan sederhana yang tidak akan pernah aku lupakan nantinya. # “Hi Sya! Boleh aku duduk di s